Wednesday 8 February 2017

Laporan Praktikum Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat - Kmia Dasar



TITRASI ASAM KUAT – BASA KUAT
 (Laporan Praktikum Kimia Dasar II)




Oleh
Zelda Amini
1513023006








LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016




LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan          : Titrasi Asam Kuat – Basa Kuat

Tanggal Percobaan      : 17 Mei 2016

Tempat Percobaan       : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Nama                           : Zelda Amini

NPM                           : 1513023006

Fakultas                       : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan                        : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi             : Pendidikan Kimia

Kelompok                   : 4 (Empat)


Bandar Lampung, 17 Mei 2016         
Mengetahui,                                       
Asisten                                               








I.       PENDAHULUAN
                                 

1.1  Latar Belakang

Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi adalah reaksi netralisasi. Netralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton dan ion hidroksida membentuk air.

Untuk mengetahui konsentrasi dari suatu asam ataupun basa, kita dapat menggunakan metode kimia untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan menjadi titrasi asam basa, titrasi redoks, dan titrasi kompleksometri. Titrasi asam basa sendiri terbagi menjadi titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri.

Dalam proses titrasi, ada beberapa hal yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu indikator titrasi, titik ekuivalen, dan titik akhir evaluasi. Untuk mengetahui lebih lanjut lagi mengenai titrasi asam  basa ini, dan menentuka suatu konsentrasi larutan termasuk asam kuat ataukah basa kuat, maka dilakukanlah percobaan ini.


1.2  Tujuan Percobaan

Adapun tujuannya dilakukan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa kuat melalui titrasi.






II.    TINJAUAN PUSTAKA


Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksi larutan yang ada dan sudah diketahu konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan volumemetri yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Syukri, 1999).

Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan, Indikator berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhit titrasi.

zat yang digunakan untuk larutan standar primer harus memenuhi persyaratan berikut :
1.      Mudah diperoleh dalam bentuk murni maupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
2.      Harus stabil
3.      zat ini mudah dikeringkan, tidak higroskopis sehingga tidak menyerap uap air, tidak menyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).

Titik ekuivalen ialah tiitik pada saat jumlah mol ion OH- yang ditambahkan ke dalam larutan sama dengan jumlah ion H+ yang semula ada. jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang ditambahkan dari buret ke asam yang ada dalam labu. Salah satu cara untuk menentukan tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator asam-basa ke larutan asam saat awal titrasi.Indikator biasanya ialah biasanya suatu asam atau basa organic lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini berkaitan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.

Titik akhir titrasi terjadi bila indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (Chang, 2001).

Titik asidimietri dan alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantara :
1.      Titrasi yang melibatkan asam kuat dan basa lemah
2.      Titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa kuat
3.      Titrasi yang melibatkan asam lemah dan basa lemah.
Titrasi asam lemah dan basa kemah dirumitkan oleh terhidrolisinya kation adan anion dari garam yang terbentuk (Oxtoby, 2001).






III. PROSEDEUR PERCOBAAN


3.1  Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 1 buah buret 50 ml, 1 buah corong, 1 buah statif klem, 1 buah pipet tetes, 2 buah labu Erlenmeyer 100 ml, dan 2 buah pipet gondok 25 ml.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah 100 ml larutan asam klorida, 100 ml larutan NaOH 0,1 M, 6,3 gram Kristal H2C2O4.2H2O, dan indikator fenolftalein.


3.2  Prosedur Percobaan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah :
A.    Standarisai larutan NaOH
1.      Memasukkan 10 ml larutan NaOH ke dalam labu erlemeyer
2.      Meneteskan indikator PP.
3.      Memasukkan larutan asam oksalat 0,1M ke dalam buret
4.      Meneteskan larutan asam oksalat dari buret ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi larutan NaOH hingga warna larutan berubah dari merah menjadi bening.
5.      Mengukur jumlah larutan asam oksalat yang digunakan
6.      Menentukan konsentrasi larutan NaOH

B.     Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
1.      Menyusun rangkaian alat titrasi
2.      Memasukkan larutan HCl yang telah ditentukan konsentrasinya ke dalam buret 50 ml menggunakan corong
3.      Mengambil 25 ml larutan NaOh yang telah di standarisasi dengan menggunakan pipet volume dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer.
4.      menitrasi larutan ini hingga perubahan warna dari merah muda menjadi tak berwarna
5.      Mencatat volume larutan HCl yang digunakan dalam tabel pengamatan. Mengulangi langkah ini sebanyak 3 kalli.








IV. PEMBAHASAN


Titrasi merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui larutan yang konsentrasinya belum diketahui dengan larutan yang telah diketahuinya konsentrasinnya. Titrasi terbagi menjadi empat yaitu titrasi asam basa, titrasi pengendapan, titrasi redoks, dan titrasi kompleksometri. Pada percobaan ini metode titrasi yang digunakan adalah titrasi asam basa. Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan reaksi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi. Titrasi asam basa terbagi menjadi dua yaitu titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi/ Penentuan konsentrasi larutan asam basa menggunalan larutan baku primer asam. Pada praktikuum ini yang menggunakan titrasi asidimetri adalah pada percobaan standarisasi larutan NaOH. Sedangkan titrasi alkalimetri adalah titrasi atau penentuan konsentrasi larutan asam basa. Pada praktikum ini, percobaan kedua yaitu titrasi asam kuat oleh basa kuat merupakan contoh titrasi alkalimetri.

Dalam percobaan ini digunakan indikator PP. Indikator PP ini sering digunakan pada titrasi asam basa karena indikator PP tidak mempengaruhi kualitas titrasi dengan cara merubah warna dari larutan basa yang dipakai dalam titrasi yang berfungsi untuk membantu mengetahui kappa titik akhir titrasi terjadi yang ditandai dengan kembalinya warna larutan menjadi bening. Indikator PP (fenolftalein) memiliki trayek pH yaitu 8,3 sampai 10. Indikator PP ini akan mengakibatkan perubahan warna menjadi merah keunguan jika diteteskan pada larutan basa yang memiliki pH 8,3 sampai 10. Sedangkan jika diteteskan pada larutan asam, maka indikator PP tidak akan berubah warna.

Titik ekuivalen dan titik akhir titrasi sangat penting pada proses titrasi. Titik ekuivalen adalah suatu titik pada proses titrasi ketika titran dan analit (asam dan basa) tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen ini sulit diamati. Yang biasa diamati adalah titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan larutan indikator. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana  reaksi telah berjalan dengan sempurna dan biasanya ditandai dengan mpengamatan visual melalui perubahan warna indikator.

Pada proses titrasi ada dua macam zat yang terlibat yaitu titran/titer dan anailit/titrat. Titran merupakan zat atau larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti, dan biasanya diletakkan di dalam buret. Sedangkan analit merupakan zat atau larutan yang belum diketahui konsentrasinya secara pasti, biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer. Pada percobaan pertama yang beperan sebagai titran adalah asam oksalat, sedangkan anlitnya adalah NaOH. Pada percobaan kedua, yang berperan sebagai titran adalah NaOH dan analitnya adalah HCl.

Penambahan NaOH dalam larutan HCl akan mengubah harga pH larutan. Perubahan ini bergantung dari jumlah volume HCl maupun NaOH yang ditambahkan..



V.    KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.      Pada percobaan standarisasi larutan NaOH merupakan contoh tirasi asidimetri
2.      Pada percobaan titrasi asam kuat oleh basa kuat merupakan contoh titrasi alkalimetri
3.      Pada percobaan pertama yang beperan sebagai titran adalah asam oksalat, sedangkan anlitnya adalah NaOH.
4.      Pada percobaan kedua, yang berperan sebagai titran adalah NaOH dan analitnya adalah HCl.
5.      Fungsi indikator PP adalah untuk mengetahui titik akhir tirasi yang ditandai perubahan warna







DAFTAR PUSTAKA


Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Sukmaniah. 1990. Kimia Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara


Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Dasar lengkap

Berikut ini kumpulan laporan praktikum kimia dasar lengkap :

1. Laporan Praktikum Tingkat Reaksi Kimia
    Download File
2. Laporan praktikum Laju Reaksi 
     Download File
3. Laporan Praktikum Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku 
     Download File
4. Laporan Praktikum Larutan penyangga
     Download File
5. Laporan Praktikum Hukum Kesetimbangan
    Download File
6. Laporan praktikum Hidrolisis 
    Download File
7. Laporan Praktikum Faktor Kesetimbangan Kimia
    Download File
8. Laporan Praktikum Penentuan Daya Hantar Listrik
    Download File

Wednesday 1 February 2017

Laporan Praktikum FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESETIMBANGAN KIMIA - Kimia Dasar


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESETIMBANGAN KIMIA

 (Laporan Praktikum Kimia Dasar II)





Oleh 

Zelda Amini

1513023006




C:\Users\User\Pictures\untitled.png






LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 

BANDAR LAMPUNG

2016





LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Faktor yang Mempengaruhi Kesetimbangan Kimia

Tanggal Percobaan : 3 Mei 2016

Tempat Percobaan : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Nama : Zelda Amini

NPM : 1513023006

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : Pendidikan Kimia

Kelompok : 4 (Empat)



Bandar Lampung, 3 Mei 2016

Mengetahui,

Asisten





  1. PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang


Keadaan setimbang dalam suatu sistem atau reaksi kimia termasuk keadaan yang stabil, jika tidak terdapat pengaruh lain dari luar sistem. Dalam keadaan setimbang konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami perubahan. Hal tersebut disebabkan zat-zat di ruas kanan terbentuk dan kemudian terurai kembali dengan kecepatan yang sama. 


Ada suatu azas yang menyatakan bahwa jika suatu sistem kesetimbangan menerima suatu aksi, maka sistem kestimbangan tersebut akan mengadakan reaksi sehingga pengaruh aksi tersebut menjadi sekecil-kecilnya. Azas ini dikenal dengan azas le chattelier


Suatu ssistem yang menerima pengaruh atau aksi dari luar kemungkinan besar kesetimbangannya akan bergeser ke salah satu sisi reaksi. Pergeseran kesetimbangan akan berbeda pada masing-masing pengaruh yang diberikan kepada reaksi tersebut. Untuk mengalami pengaruh atau faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan itu, maka dilakukanlah percobaan ini.



  1. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia.



  1. TINJAUAN PUSTAKA


Kesetimbangan adalah suatu keadaan dimana reaksi berakhir dengan suatu campuran yang mengandung baik zat pereaksi maupun hasil reaksi. Kesetimbangan kimia akan tercapai jika laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi balik. Ciri suatu kesetimbangan telah recapau adalah sistem tertutup (suhu tetap), dinamis, dan tidak terjadi perubahan mikroskopis lagi (Wahyuni, 2004).


Henry Lous Le Chattelier (1850-1936), seorang ahli kimia kebangsaan Perancis, pada tahun 1884 mengemukakan hukum pergeseran kesetimbangan kimia, yang selanjutnya dikenal dengan nama azas le chattelier. Menurut azas ini, jika terhadap suatu sistem dilakukan suatu tindakan aksi, sistem kesetimbangan tersebut akan mengalami perubahan (pergeseran) yang cenderung mengurangi aksi tersebut. Berdasarkan azas tersebut, suatu sistem yang berada pada keadaan setimbang selalu berusaha untuk mempertahankan kesetimbangan itu (Sutresna, 2004).


Keadaan setimbang tidaklah statis, tetapi bersifat dinamis yang artinya pada saat setimbang reaksi tidak berhenti. Melainkan terus berlangsung dalam dua arah dengan laju yang sama. Kesetimbangan kimia mempresentasikan suatu kesetaraan antara reaksi maju dan reaksi balik. Dalam banyak kasus, kesetaraan ini sangat rentan. Perubahan kondisi percobaan dapay mengganggu kesetaraan dan menggeser posisi. Kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau kurang. Ada satu aturan umum yang membantu kita memprediksi kea rah mana reaksi kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu. Aturan ini dikenal sebagai asa le chattelier.


Perubahan konsentrasi besi (II) tiosianat mudah larut dalam air menghasilkan larutan berwarna merah. Warna ini disebabkan oleh adanya ion terhidrasi. Kesetimbangan antara ion-ion tersebut yang tidak terurai (Chang, 2003).


Pada reaksi yang berlangsung bolak-balik, ada saat dimana laju terbentuknya produk sama dengan laju terurainya kembali produk menjadi reaktan. Pada keadaan ini biasanya tidak terlihat lagi ada peruahan. Keadaan reaksi dengan laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi baliknya (ke kiri) dinamakan keadaan setimbang. reaksi yang berada dalam keadaan setimbang disebut sistem kestimbangan. Ciri-ciri kesetimbangan kimia antara lain :

  • Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap

  • Reaksi berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang berlwanan

  • Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)

  • Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada, dan

  • Tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati (Soedjojo, 1999)




  1. PROSEDUR PERCOBAAN

  1. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan adalah pengaduk, gelas kimia 100 ml, 1 buah silinder ukur 25 ml, 2 buah pipet tetse, 7 buah tabung reaksi kecil, 3 buah tabung reaksi besar, 3 buah submbat karet, dan 3 buah gelas kimia 1 liter.


Sedangkan bahan yang digunakan adalah es secukupnya, air panas secukupnya, 10 ml FeCl3 1 M, 10 ml larutan KSCN 1 M, dan 5 ml larutan Na2HPO4, jenuh.


  1. Prosedur Percobaan


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

  1. Pengaruh Konsentrasi 

  1. Memanaskan 25 ml air suling ke dalam gelas kimia 100 ml. Lalu menambahkan 2 tetes larutan FeCl3 1M, dan 2 tetes larutan KSCN 1M. Kemudian mengaduk larutan tersebut sampai warnanya tetap dan membagi larutan itu sama banyak ke dalam 5 tabung reaksi.

  2. Membiarkan tabung 1 sebagai pembanding, menambahkan 1 tetes KSCN 1M ke dalam tabung reaksi 2, menambahkan 1 tetes FeCl31M ke dalam tabung reaksi 3, menambahkan 1 tetes Na2HPO4 1M jenuh ke dalam tabung 4, dan menambahkan 5 ml air suling ke dalam tabung 5.

  3. Membandingkan lima tabung reaksi tersebut


  1. Perubahan Suhu

  1. Memasukkan masing-masing 10 tetes HNO3 pekat dan satu lempeng Cu ke dalam 3 tabung reaksi besar, menyumbatnya dengan sumbat karet

  2. Memasukkan tabung 1 ke dalam es dan tabung 2 ke dalam air panas, dan tabung 3 sebagai pembandingnya. Kemudian membandingkan warna gas dari ketiga larutan tersebut.



  1. PEMBAHASAN



Percobaan ini memiliki keterkaitan dengan hukum vant off dan asas lel chattelier. Hukum Vant Off berbunyi “Bila perubahan entalpi dan tetapan kesetimbangan pada suatu suhu diketahui, persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung tetapan kesetimbangan pada suhu lain sampai perubahan entalpi dan perubahan entropi mendekati tetap” dan juga menyatakan “Kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut yaitu endotermis, sedangkan untuk zat-zat yang panas pelarutannya”. Azas Le Chattelier menyatakan “Jika suatu sistem kesetimbangan mendapatkan aksi maka sistem tersbut akan mengadakan reaksi, sehingga pengaruh aksi menjadi sekecil-kecilnya


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan adalah perubahan konsentrasi, jika pada suatu reaksi konsentrasi diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk. Sedangkan jika konsentrasi produk diperbesar maka kesetimbangan bergeser kea rah reaktan. Faktor berikutnya yaitu perubahan suhu, jika pada sistem kesetimbangan suhu dinaikkan maka kesetimbangan bergeser kea rah endotem. Sedangkan jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan bergeser ke arah eksoterm. Selanjutnya faktor peruban tekanan, jika tekanan diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah yang mol nya kecil. Faktor berikutnya yaitu volume, jika volume diperkecil maka kesetimbangan bergeser ke arah mol yang lebih kecil. Sedangkan jika volume diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah yang mol nya besar.


Pada praktikum ini, terdapat reaksi dan aksi dalam setiap percobaannya. Pada percobaan pertama pengaruh konsentrasi, tabung pertama dijadikan standard. TAbung kedua mendapatkan aksi yaitu penambahan 1 tetese KSCN, dan reaksinya adalah warna larutan yang bertambah pekat. Lalu pada tabung ketiga, aksinya adalah penambahan FeCl3 dan reaksinya adalah konsentrasi Fe3+ yang bergerak di kiri bertambah sehigga kesetimbangan bergeser ke arah produk yang ada di sebelah kanan. Kemudian tabung keempat, aksi penambahan Na2HPO4 menyebabkan reaksi yaitu konsentrasi Fe3+ berkurang karena Na2HPO4 akan terionisasi. ini menyebabkan kesetimbangan bergeser kea rah reaktan dan ditandai perubahan warna menjadi lebih pudar. Selanjutnya tabung kelima, aksinya yaitu penambahan aquades menyebabkan konsentrasi dan reaktan menurun sehingga kesetimbangan bergeser ke arah reaktan.


Reaksi reversible pada ilmu kimia berarti reaksi kimia yang berlangsung dua arah (bolak-balik). Dalam reaksi reversible ini terjadi kesetimbangan. Dalam reaksi reversible ini panah yang digunakan adalah panah kedua arah, yang menyatakan reaksi berlangsung bolak-balik. Produk yang terbentuk dari reaktan dapat kembali terurai menjadi tekanan.


Sedangkan reaksi irreversible merupakan reaksi yang berlangsung satu arah, tidak ada keadaan setimbang, meskupun sesungguhnya tidak ada reaksi kimia yang betul-betul tidak dapat balk. Banyak yang menunjukkan kesetimbangan berada sangat jauh di kanan sehingga dianggap irreversible (tidak dapat balik). Contoh reaksi irreversible dalaha reaksi pembakaran, reaksi perkaratan besi, dan metabolism makanan.


Amonia diperoleh dengan cara mereaksikan gas N2 dan H2 melalui proses haber-Borsch. Agar dihasilkan NH3 dalam jumlah yang banyak, aksi harus bergeser ke kanan. Oleh karena itu, kondisi reaksi perlu diattur yaitu volume diperkecil, sehingga tekanan meningkat dan menurunkan suhunya.




  1. KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

  1. Pada percobaan pengaruh konsentrasi, penambahan KSCN dan FeCl3 menyebabkan warna larutan menjadi lebih pekat, kesetimbangan bergeser ke arah produk.

  2. Pada penambahan Na2HPO4 dan aquades, warna larutan menjadi lebih pudar, kesetimbangan bergeser kea rah reaktan

  3. Apabila konsentrasi reaktan ditambah maka kesetimbangam bergeser ke arah produk dan sebaliknya.

  4. Pada percobaan pengaruh suhu, gas yang dihasilkan pada percobaan dengan air panas (Suhu dinaikkan) lebih pekat dibandingkan pada tabung pembanding.

  5. gas yang dihasilkan pada tabung yang dimasukkan ke dalam es (suhu diturunkan) lebih sedikit dibandingkan dengan tabung pembanding.

  6. Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan akan bergeser ke arah endoterm. Sedangkan jika suhu diturunkan kesetimbangan akan bergeser kea rah eksoterm.



DAFTAR PUSTAKA



Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga


Soedjojo, Peter. 1999. Kimia Dasar. Yogyakarta : Penerbit Andi


Sutresna, Nana. 2004. Kimia Sains. Bandung : Grafindo


Wahyuni, Sri. 2004. Master Kimia. Jakarta : Erlangga