Friday 19 May 2017

Laporan Praktikum PENGUJIAN SENYAWA AMINA DAN NITRIL - Kimia Anorganik



PENGUJIAN SENYAWA AMINA DAN NITRIL
(Laporan Praktikum Kimia Organik II)







Oleh
Zelda Amini
1513023006









LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

Judul Percobaan                      : Pengujian Senyawa Amina dan  Nitril

Tanggal Percobaan                  :

Tempat Percobaan                   : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Nama                                       : Zelda Amini

NPM                                       : 1513023006

Fakultas                                   : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan                                    : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
                                                   Alam

Program Studi                         : Pendidikan Kimia

Kelompok                               : 4 (Empat)


                                                            Bandar Lampung,
                                                            Mengetahui,
                                                            Asisten



                                                            NPM :





I.       PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kita jumpai senyawa kimia, baik itu senyawa organik maupun senyawa anorganik, atupun senyawa kompleks dan senyawa sederhana. Salah satu jenis senyawa kimia yang paling sering dimanfaatkan adalah amina dan nitril.
Amina merupakan keluarga amonia yang terdapat di alam dan memainkan peranan penting dalam banyak teknologi modern. Amina merupakan senyawa organic yang mengandung atom-atom nitrogen trivalent, yang bergantung pada satu atom karbon atau lebih : R-NH2, R2NH atau R3N. Senyawa amina yang disusun oleh atom C, H dan N. Gugus fungsi amina dapat diketahui dari sifat basanya, amina alfalik sederhana larut dalam air dan akan mengubah perubahan warna lakmus merah, selain itu sifat basa dari amina dapat diketahui melalui yang sederhana dengan direaksikan dengan asam. Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan banyak amina memiliki kereaktivan fali.misalnya dua dari stimulan alami tubuh dari sistem saraf simpatetik (melawan atau ikan diri) adalah merepinafrina dan epinafrina. Yang termasuk senyawa amina yaitu asam amino, amino biogenik, trimetilamina, dan anilina.
Sedangkan nitril disebut juga sebagai senyawa siano. Nitril  mengandung gugus siano (C=N), dengan atom karbon terikat-tiga pada atom nitrogen. Senyawa ini mempunyai gugus fungsional tidak jenuh – CN yang tidak dapat bereaksi dengan Br2/CCl4 atau dengan KMnO4. Ikatan rangkap tiga karbon-nitrogen dari sianida organik (nitril) dapat dihidrolisis menjadi gugus karboksil.

Untuk mempelajari bagaimana pengujian senyawa amina dan nitril, maka dilakukanlah percobaan ini.


1.2  Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu pada akhir percoban mahasiswa diharapkan:
1. Mampu melakukan aktivitas terhadap senyawaan amina primer, sekunder, dan tersier.
2. Mampu membedakan senyawa amina dan nitril berdasarkan reaksi dari keduanya.



II.    TINJAUAN PUSTAKA


Senyawa amina tersusun oleh atom C, H dan N. Amina merupakan  turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air. Senyawa organik ini mengandung atom nitrogen trivalent yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina.

Seperti alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada kaebon yang mengandung hidroksil, sedangkan amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen (Hard, Harold, dkk. 2003).Nitril senyawa kimia yang gugus siano (C≡N), dengan atom karbon bergantungtiga pada atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa senyawanya berupa gas dan lainnya berupa zat padat atau cair. Gugus siano juga terdapat dalam bentuk garam dan polimer dan juga ada yang bersifat kovalen, molekuler, dan ionik.

Nitril merupakan kelompok senyawa yang toksik karena mengandung gugus CN dalam strukturnya. Meskipun senyawa nitil yang dikenal sebagai senyawa sangat toksik, namun diproduksi dalam jumlah besar dan digunakan sebafgai pelarut, plastik, karet sintetik, herbisida, obat-obatan. Krotononitril dan akrilonitril misalnya banyak digunakan sebagai spesifik reagen untuk alkilasi protein kelompok sulfihidril. Demikian juga benzonitril banyak digunakan sebagai salah satu bahan aktif herbisida. Herbisida yang diketahui mengandung nitril misalnya dichlobenil, ioksinil, dan buktril dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.

Senyawa anorganik yang berisi-C N kelompok tidak disebut nitril, tapi sianida sebagai deskripsi. Meskipun kedua nitril dan sianida dapat diturunkan dari garam sianida, nitril paling tidak hampir sama. Nitril senyawa adalah yang mengandung gugus C≡N. Kadang-kadang diebut senyawa siano atau senyawa sianida. Dalam sistem IUPAC, banyaknya atom karbon gugus C≡N, menentukan induk alkananya. Nama alkana itu diberi akhiran –nitril. Beberaoa nitril diberi nama trivial untuk asam karboksilatnya, dengan mengganti imbuhan asam –at menjadi akhiran -nitril, atau –onitril, jika induknya tidak memiliki huruf o- (Wilbraham, 1992).

Senyawa amina yang tersusun oleh atom C, H dan N. Amina merupakan turunan organik dari amonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat yang mirip dengan amonia seperti alkohol dan air. Senyawa organik ini mengandung atom nitrogen trivalent yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen, satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Jika salah satu karbon yang menggunakan atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina.
Seperti alkohol, amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada kaebon yang mengandung hidroksil, sedangkan amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen (Fessenden, 1982).

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1  Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang dibutuhkan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi 3 buah, pipet tetes, penangas air, dan penjepit tabung.

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu etil amina 1 ml, dietil amina 1 ml, trimetilamina 1 ml, HCl 6 M, NaOH 10%, Bensensulfonil klorida (Benzensulfonil klorida) 2 ml, dan kertas lakmus.
Dari hasil pengamatan, didapatkan hasil pada tabung 1 terbentuk campuran larutan yang homogen. Pada tabung 2 tidak terjadi perubahan, tetap mengendap. Pada tabung 3 terbentuk larutan 2 lapisan. Langkah selanjutnya, menambahkan larutan HCl 6 M ke dalam masing-masing tabung reaksi tadi tetes demi tetes sampai campuran bersifat asam. Setelah HCl ditambahkan, pada tabung 1 terbentuk endapan. Pada tabung 2 tidak terjadi perubahan, tetap mengendap. Sedangkan pada tabung 3 terbentuk larutan dalam suasana asam.

Berdasarkan teori, jika suatu amina direaksikan dengan benzensulfonil klorida menghasilkan suatu larutan yang homogen dalam suasana basa dan menghasilkan endapan dalam suasana asam, maka senyawa ini merupakan amina primer dan apabila senyawa amina yang direaksikan dengan benzensulfonil klorida menghasilkan endapan dalam suasana basa dan dalam suasana asam tetap tidak larut, maka senyawa amina tersebut merupakan amina sekunder sedangkan apabila senyawa amina yang direaksikan dengan benzensulfonil klorida menghasilkan suatu lapisan di atas permukaan larutan dalam suasana basa dan menghasilkan suatu campuran yang larut dalam suasana asam, maka senyawa amina tersebut adalah amina tersier.

Dapat disimpulkan bahwa senyawa amina pada tabung 1 adalah amina primer yaitu etiamina. Pada tabung 2 adalah amina sekunder yaitu dietilamina. Sedangkan senyawa pada tabung 3 adalah amina tersier yaitu trietilamina.

Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino (-NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. Rumus Umum Rumus umum untuk senyawa amina adalah :
RNH2 R2NH R3N:
Dimana R dapat berupa alkil atau aril

Adapun Sifat-Sifat Aminayaitu sebagai berikut :
1.     Sifat Kimia
Kebasaan Seperti halnya amonia, semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basa Contoh : H │ CH—N: + H – O- H CH3- N- H + HO │ H Metilamonium hidroksida.
2.     Sifat Fisik
Titik didih dari amina yang mengandung suatu ikatan N—H adalah ditengah-tengah antara alkana (tidak ada ikatan hidrogen) dan alcohol (ikatan alcohol kuat). CH3CH2CH3 CH3CH2NH2 CH3CH2OH, propanaEtilamina Etanol. Berat rumus : 44,45,46 Titik didh (°C) : -42,17,78,5 Titik didih dari amina yang tidak mengandung ikatan N—H, jadi tidak mempunyai ikatan hidrogen, lebih rendah dari amina yang mempunyai ikatan hidrogen.

Pembuatan Amina Ada dua jalan umum untuk pembentukan amina yaitu subtitusi dan reduksi:
1.  Reaksi Subtitusi dari AlkilHalidaAmmonia dan mengandung pasangan elektron sunyi pada atom nitrogen, oleh sebab itu, senyawa itu dapatbertindak sebagai nukleofildalm reaksi subtitusinukleofilik dari alkilhalida. Reaksi dengan amonia menghasilkan garam dari amin primer. Bila garam amina ini direaksikan dengan basa akan dibebaskan amina bebas. Reaksi alkilhalida dengan amina dan bukan amonia akan menghasilkan amin sekunder, tersier, atau garam amonium kuarterner, tergantung pada amina yang digunakan.

2. Reaksi Reduksi dari Senyawa Nitrogen lain Reduksi dari amida atau nitril dengan litium aluminium hidrida atau dengan gas hidrogen (hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina. Dengan amida, amin primer, sekunder, atau tersier bisa didapat, tergantung kepada jumlah substitusi pada amida nitrogen. Amida yang disubtitusi CH3CH2CH2 —C N CH3CH2CH2- CH2NH2 Nitril 1°amina.

Nitril adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano (C=N), dengan atom karbon terikat-tiga pada atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa senyawa diantaranya berupa gas dan lainnya berupa zat padat atau cair. Gugus siano terdapat juga dalam bentuk garam dan polimer dan juga ada yang bersifat kovalen, molekuler, dan ionic. Ikatan rangkap tiga karbon-nitrogen dari sianida organik (nitril) dapat dihidrolisis menjadi gugus karboksil. Reaksi ini berlangsung dalam keadaan asam maupun basa. Bila dalam suasana asam atom nitrogen dari sianida dikonversi menjadi ion ammonium, sedangkan dalam suasana basa, nitrogen dikonversi menjadi amonia dan produk organik, yaitu garam karboksilat, yang perlu dinetralkan dalam langkah terpisah menjadi asam (Gambar 2). R-C=N + 2H2O HClR-COOH + NH4+ + Cl-

Nitril ditemukan dalam senyawa yang bermanfaat, termasuk metilcyanoacrylate, yang digunakan dalamlem super,dan nitril karet butadiena,sebuah nitril yang mengandung polimer yang digunakan dalam lateks bebas laboratorium dan sarung tangan media. Dalam sistem tata nama IUPAC, nitril diberi nama berdasarkan rantai induk alkananya, atom c yang terikat pada atomN juga termasuk kedalam rantai induk. Nama lkana itu diberi nama akhiran –nitril. Beberapa nitril diberi nama menurut nama trivial asam karboksilatnya dengan menggantikan imbuhan asam-oat menjadi akhiran –nitril, atau –onitril, jika huruf akhirnya tidak nerupa –o. Contoh; Etananitril(IUPAC) Asetonitril(trivial) Benzanakarbonitril (IUPAC) Benzonitril (trivial) Senyawa organik yang mengandung gugus nitril beberapa dikenal sebagai cyanocarbons . Senyawa anorganik yang berisi-C ≡ N kelompok tidak disebut nitril, tapi sianida sebagai gantinya. Meskipun kedua nitril dan sianida dapat diturunkan dari garam sianida, nitril paling tidak hampir sama beracun. Nitril terjadi secara alami dalam beragam rangkaian sumber tanaman dan hewan. Lebih dari 120 nitril alami telah diisolasi dari sumber daratan dan lautan. Nitril secara umum ditemukan dalam buah lubang, terutama almond, dan selama memasak tanaman Brassica (seperti kol, kubis brussel, dan kembang kol), yang rilis nitril yang dirilis melalui hidrolisis. Mandelonitrile, sebuah sianohidrin diproduksi oleh almond menelan atau beberapa lubang buah, melepaskan hidrogen sianida dan bertanggung jawab atas toksisitas glikosida sianogen.



V.    KESIMPULAN


Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu antara lain:
1.   Identifikasi senyawa amina dan nitril dilakukan berdasarkan sifat kelarutan.
2.   Identifikasi senyawa amina primer, sekunder, dan tersier dapat dilakukan dengan tes Hisnberg yang didasarkan pada reaksi amina primer dan sekunder dengan benzensulfonilklorida membentuk benzensulfonilamida
3. Asam primer dapat larut dalam basa, namun tidak dalam asam.
4.  Amina sekunder tidak larut dalam asam maupun basa.
5.  Amina tersier dapat larut dalam asam namun tidak larut dalam basa.
6.  Amina tersier tidak memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan amin tersier lainnya.
7.Pembuatan senyawa nitril dapat dilakukan dengan cara amoksidasi, Hydrocyanation, dari halida organik dan garam sianida, Cyanohydrins, dan dehidrasi amida dan oximes
8.  Perbedaan sifat kelarutan amina dan nitril dapat digunakan sebagai identifikasi. Amina primer, sekunder dan tersier dari ratai alfatik mudah larut dalam HCl encer. Sedangkan Nitril tidak dapat larut dalam larutan HCl 10%.





DAFTAR PUSTAKA


Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Hard, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga

Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. Jakarta: Erlangga



Friday 12 May 2017

Laporan Praktikum PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS - Kimia Anorganik




PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS
(Laporan Praktikum Kimia Anorganik I)







Oleh
Zelda Amini
1513023006









LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016

Judul Percobaan                      : Pengaruh Ligan Terhadap Warna Ion Kompleks

Tanggal Percobaan                  :

Tempat Percobaan                   : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Nama                                       : Zelda Amini

NPM                                       : 1513023006

Fakultas                                   : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan                                    : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
                                                   Alam

Program Studi                         : Pendidikan Kimia

Kelompok                               : 4 (Empat)


                                                            Bandar Lampung,
                                                            Mengetahui,
                                                            Asisten


                                                            Adi Nurrahman          
                                                            NPM : 1413023002





I.    PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang telah berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat.

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.  Unsur transisi dapat membentuk berbagai jenis senyawa karena unsur ini memiliki beberapa bilangan oksidari yang terjadi karena seluruh atau sebagian dari elektron-elektron pada kulit ketiga dapat digunakan bersama-sama digunakan dengan elektron pada kulit 4s untuk membentuk senyawa-senyawa kompleks yang berwarna.

Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam sintesis kompleks adalah ligan yang berasal dari basa Schiff, dimana senyawa kompleks yang terbebtuk merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan untuk bermacam penerapan ilmu, seperti dalam ilmu biologi, klinik dan analitik. Oleh karena itu, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh ligan ini dalam warna ion kompleks.

1.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu mempelajari pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks melalui percobaan.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
Senyawa/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui koordinasi, yakni kovalen antara ion/atom pusat dengan ligangugus pelindung. Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit ditemukan pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan kovalen (terdapat pasangan yang digunakan bersama) di mana pasangan yang digunakan bersama berasal dari satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis (Chang,2004).

Dalam pelaksanaan analisis anorganik kimia bank yang digunakan untuk reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) dan pusat jumlah ligan yang merupakan era dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil Nampak mengikuti stokiometri yang sangat tertentu, meskipun ini dapat dilihat dalam lingkum konsep valensi yang klasik. Atom pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukan jumlah ligan yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat.

kompleks dalam analisis kualitatif organik sering terlihat digunakan untuk pemisahan atau isentifikasi. Salah satu fenomena yang paling umu yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan (Vogel, 1979).

Teori medan kristal tentang koordinasi menjelaskan bahwa dalam pembentukan interaksi elektrostatik antara ion logam (atom pusat) dengan ligan. Jika ada enam ligan yang berasal dari arah yang berbeda, berinteraksi dengan atom/ion logam pusat, langsung dengan ligan akan mendapatkan pengaruh medan ligan lebih besar dibandingkan dengan orbital-orbital lainnya. Akibatnya, orbital tersebut akan mengalami peningkatan energi dan kelima sub orbital d-nya akan terpecah (splitting) menjadi dua kelompok tingkat energi. Kedua kelompok tersebut adalah : 1) Dua sub orbital (dx2-dy2, dan dz2) yang disebut dy atau eg dengan tingkat energi yang lebih tinggi, dan 2) Tiga su orbital (dxz, dxy, dan dyz) yang disebut de atau t2g dengan tingkat energi yang lebih rendah (Hala, 2008).

Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu di lengkung koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N (Petrucci, 1987).

Ikatan antara atom dan ligan dalam kompleks berupa ion, hingga gaya yang hanya berupa gaya elektrostatik. Ion tersusun dari ion pusat yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang memiliki momen dipol permanen. Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi ligan-ligan sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ligan-ligan akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan terutama mengenai elektron d dari ion pusat dan ion kompleks dari logam- logam transisi. Pengaruh ligan tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligan-ligan dalam kompleks (Effendy,2007).

III.     METODOLOGI PERCOBAAN


3.1  Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 1 buah gelas ukur 50mL, 1 buah gelas ukur 10mL, 1 buah gelas kimia 100mL, 1 buah spatula, 6 buah tabung reaksi besar, 1 buah rak tabung reaksi, dan 3 buah pipet tetes.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah 3 gram senyawa kobalt yang larut dalam udara, 1 mL amonia 1M, 1 mL larutan KSCN 1M, 1 mL larutan KCN 1M, 1 mL larutan CuSO4 1M, 1 mL larutan NaCl 1M, 1 mL larutan oksalat 1M, dan 50 mL aquades.
3.2. Metodologi Percobaan

            Adapun metodologi pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
    Gelas Ukur 50mL
 
-          Diisi aquades 50mL
                                          Diarutkan 3 gram senyawa kolbat yang larut dalam air
    5 tabung reaksi besar
-          Diisi masing-masing 5mL larutan kolbat yang telah disiapkan tadi.                            

-ditetesi dengan satu jenis larutan ligan    
 -   dilakukan pengamatan terhadap warna kompleks untuk    
              setiap percobaan selama 15 menit .
        Hasil


Percobaan
Hasil Pengamatan
  FeCl3   +    NaCl
(orange)     (bening)
FeClberwarna orange kecoklatan (++)
     FeCl3   +    H2O
   (orange)     (bening)
Kuning kecoklatan (++++)
  FeCl3   +    KSCN
(orange)      (bening)
Hijau kecoklatan
  FeCl3   +    H2C2O4
(orange)      (bening)
Kuning pudar
  FeCl3   +    NH3
(orange)     (bening)
Coklat
  FeCl3   +    CuSO4
(orange)       (biru)
Hijau
Atom pusat merupakan logam yang bersifat sebagai asam lewis. Sedangkan ligan, berasal dari bahasa latin yakni “ligare” yang berarti “untuk mengikat”.Pengertian ligan adalah suatu ion atau molekul yang memiliki sepasang elektron atau lebih yang dapat disumbangkan.

Ligan merupakan basa lewis yang dapat terkoordinasi pada ion logam atau sebagai asam lewis membentuk senyawa kompleks. Ligan dapat berupa anion atau molekul netral. Jika suatu logam transisi berikatan secara kovalen koordinasi dengan satu atau lebih ligan maka akan membentuk suatu senyawa kompleks, dimana logam transisi tersebut berfungsi sebagai atom pusat. Logam transisi memiliki orbital d yang belum terisi penuh yang bersifat 
asam lewis yang dapat menerima pasangan elektron bebas yang bersifat basa lewis. Ligan pada senyawa kompleks dikelompokkan berdasarkan jumlah elektron yang dapat disumbangkan pada atom logam. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen yang mana pemakaian bersama elektron didonorkan dari salah satu atom pembentuknya yakni ligan (basa lewis) ke atom pusat (asam lewis). Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1.  kekuatan basa dari ligan itu,
2.  sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan


Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis.

Teori yang berkaitan dengan senyawa kompleks adalah Teori Medan Ligan. Teori medan kristal ini hampir selama 20 tahun semenjak ditemukan hanya digunakan dalam bidang fisika zat padat. Teori medan kristal digunakan pada pakar fisika zat padat untuk menjelaskan warna dan sifat magnetik garam-garam logam transisi terhidrat,khususnya yang memiliki atom pusat ion logam transisi dengan orbital d yang belum sepenuhnya terisi elektro seperti CuSO4.5H2O. Baru pada tahun 1950an. Pada awal tahun 1950an barulah pakar kimia koordinasi menerapkan teori medan kristal. Teori medan kristal ini digunakan untuk menjelaskan energi kompleks koordinasi. Hal ini didasarkan pada deskripsi ionik pada ikatan logam ligan. Teori medan kristal yang dikemukakan Bethe dilandasi oleh tiga asumsi yaitu :
1.  Ligan ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan.
2. Interaksi anatara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenunya sebagai interaksi elektrostatik(ionik). Apabila ligan yang ada merupakan ligan netral seperti NH3, dan H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion logam.
3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari ligan.
4. H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negative dari dipol dalam molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion logam.
5. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari ligan.

Banyak kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang kosong. Bila perbedaan energi antar orbital yang dapat mengalami transisi disebut ΔΕ, frekuensi absorpsi ν diberikan oleh persamaan ΔΕ = hν. Transisi elektronik yang dihasilkan oleh pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan secara kasar menjadi dua golongan. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki karakter utama d, transisinya disebut transisi d-d atau transisi medan ligan, dan panjang gelombang absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan medan ligan. Bila satu dari dua orbital memiliki karakter utama logam dan orbital yang lain memiliki karakter ligan, transisinya disebut transfer muatan. Transisi transfer muatan diklasifikasikan atas transfer muatan logam ke ligan (metal (M) to ligand (L) charge-transfers (MLCT)) dan transfer muatan ligan ke logam (LMCT).

Karena analisis spektra kompleks oktahedral cukup mudah, spektra kompleks ini telah dipelajari dengan detail beberapa tahun. Bila kompleks memiliki satu elektron d, analisisnya sangat sederhana. Misalnya, Ti dalam [Ti(OH2)6] 3+ adalah ion d1, dan elektronnya menempati orbital t2g yang dihasilkan oleh pembelahan medan ligan oktahedral. Kompleksnya bewarna ungu akibat absorpsi pada 492 nm (20300 cm-1) berhubungan dengan pemompaan optis elektron d ke orbital eg. Namun, dalam kompleks dengan lebih dari satu elektron d, ada interaksi tolakan antar elektron, dan spektrum transisi d-d memiliki lebih dari satu puncak. Misalnya kompleks d3 [Cr(NH3)6]3+ menunjukkan dua puncak absorpsi d-d pada 400 nm (25000 cm-1), menyarankan bahwa kompleksnya memiliki dua kelompok orbital molekul yang memungkinkan transisi elektronik dengan probabilitas transisi uang besar. Hal ini berarti, bila tiga elektron di orbital t2g dieksitasi ke orbital eg, ada perbedaan energi karena interaksi tolakan antar elektron.

Jadi warna itu muncul akibat interaksi optis (pemompaan optis/cahaya) ligan dengan atom pusat setelah dalam bentuk senyawa kompleksnya. Pada percobaan pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks digunakan larutan FeCl3 . Warna dari FeCl3 yaitu orange. Larutan FeCl3 tersebut di masukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang masing-masing tabung diisi 2 ml ( 40 tetes). Pada tabung pertama dijadikan sebagai pembanding. Pada tabung kedua di tetesi dengan NH3, terjadi perubahan warna setelah ditetesi NH3 dari orange menjadi merah bata. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dan NH3 adalah sebagai berikut.
 Fe3+(aq) + 6NH3 (aq)        [ Fe(NH3)6]3+
Tabung ketika di tetesi dengan H2O yang berwarna bening. Terjadi perubahan warna dari orange menjadi orange pudar. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dan H2O adalah sebagai berikut
Fe3+(aq) + 6H2O(l)       [Fe(H2O)6]3+

Tabung keempat ditetesi dengan H2C2O4 yang berwarna bening. Terjadi perubahan warna dari orange menjadi kuning. Reaksi yang terjaid antara H2C2O4 dengan FeCl3 yaitu
Fe3+(aq) + 3C2O42-(aq)        [Fe(C2O4)3]3-

Pada tabung kelima ditetesi dengan NaCl yang berwarna bening. Setelah ditetesi dengan NaCl terjasi perubahan warna dari orange menjadi orange lebih pudar. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 denagn NaCl yaitu sebagai berikut.
 Fe3+(aq) + 6 Cl-(aq)        [Fe(Cl)6­]3-

Pada tabung keenam di tetesi dengan larutan CuSO4 yang berwarna biru. Setelah ditetesi dengan CuSO4 terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dengan CuSO4 adalah sebagai berikut.
Fe3+(aq) + 3SO42-(aq)         [ Fe2(SO4)3]3-

Pada tabung terakhir di tetesi dengan larutan KSCN yang berwarna bening. Setelah ditetesi dengan KSCN terjadi perubahan warna dari orange menjadi merah darah. Reaksi yang terjadi antara FeCl3 dengan KSCN yaitu
Fe3+(aq) + 6SCN-(aq)          [Fe(SCN)6]3-

Setelah itu mengurutkna warna larutan dari yang pudar sampai ke yang lebih pekat. Di dapat urutan laritan yaitu FeCl3+ H2C2O4, FeCl3+NaCl, FeCl3+air, FeCl3+CuSO4, FeCl3+NH3, FeCl3+KSCN. Pada percobaan ini perlu diketahui beberapa istilah diantaranya yaitu atom pusat, ligan, bilangan koodinasi, ligan monodental, ligan bidentat, dan ligan polidentat. Atom pusat adalah pusat dari suatu ion kompleks yang masih memiliki orbital atom yang kosong yang memungkinkan menerima sepasang elektron atau lebih yang bersifat kation. Dalam percobaan ini yang bertindak sebagai atm pusat yaitu Fe3+.

1.      Ketika FeCl3 dietesi NH3 terjadi perubahan warna dari orange menjadi merah bata
2.      Ketika FeCl3 dietesi air terjadi perubahan warna dari orange menjadi orange pudar
3.      Ketika FeCl3 dietesi H2C24 terjadi perubahan warna dari orange menjadi
kuning
4.      Ketika FeCl3 dietesi NaCl terjadi perubahan warna dari orange menjadi orange lebih pudar
5.  Ketika FeCl3 dietesi CuSO4 terjadi perubahan warna dari orange menjadi hijau
6.   Ketika FeCl3 dietesi KSCN terjadi perubahan warna dari orange merah darah
7.  Urutan warna larutan dari yang pudar sampai ke yang lebih pekat. Di dapat urutan laritan yaitu FeCl3+ H2C2O4, FeCl3+NaCl, FeCl3+air, FeCl3+CuSO4, FeCl3+NH3, FeCl3+KSCN.