TITRASI ASAM KUAT – BASA KUAT
(Laporan Praktikum Kimia Dasar II)
Oleh
Zelda Amini
1513023006
LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Percobaan : Titrasi Asam Kuat –
Basa Kuat
Tanggal
Percobaan : 17 Mei 2016
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Pembelajaran Kimia
Nama : Zelda Amini
NPM : 1513023006
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program
Studi : Pendidikan Kimia
Kelompok
: 4 (Empat)
Bandar Lampung, 17 Mei 2016
Mengetahui,
Asisten
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Konsep
paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi adalah
reaksi netralisasi. Netralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara
proton dan ion hidroksida membentuk air.
Untuk
mengetahui konsentrasi dari suatu asam ataupun basa, kita dapat menggunakan
metode kimia untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang
telah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan menjadi titrasi asam
basa, titrasi redoks, dan titrasi kompleksometri. Titrasi asam basa sendiri
terbagi menjadi titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri.
Dalam
proses titrasi, ada beberapa hal yang harus diketahui dan diperhatikan yaitu
indikator titrasi, titik ekuivalen, dan titik akhir evaluasi. Untuk mengetahui
lebih lanjut lagi mengenai titrasi asam
basa ini, dan menentuka suatu konsentrasi larutan termasuk asam kuat
ataukah basa kuat, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuannya dilakukan percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan
konsentrasi suatu larutan asam atau basa kuat melalui titrasi.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Standarisasi dapat dilakukan dengan
titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan
mereaksi larutan yang ada dan sudah diketahu konsentrasinya (larutan standar).
Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa
(reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan
volumemetri yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi
(Syukri, 1999).
Pada saat terjadi perubahan warna
indikator, titrasi dihentikan, Indikator berubah warna pada saat titik
ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik ekuivalen dan titik
akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika asam dan
basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan
indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhit titrasi.
zat yang digunakan untuk larutan standar
primer harus memenuhi persyaratan berikut :
1.
Mudah diperoleh dalam bentuk murni
maupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
2.
Harus stabil
3.
zat ini mudah dikeringkan, tidak
higroskopis sehingga tidak menyerap uap air, tidak menyerap CO2 pada
waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).
Titik ekuivalen ialah tiitik pada saat
jumlah mol ion OH- yang ditambahkan ke dalam larutan sama dengan jumlah
ion H+ yang semula ada. jadi untuk menentukan titik ekuivalen dalam
suatu titrasi, kita harus mengetahui dengan tepat berapa volume basa yang
ditambahkan dari buret ke asam yang ada dalam labu. Salah satu cara untuk
menentukan tujuan ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes indikator
asam-basa ke larutan asam saat awal titrasi.Indikator biasanya ialah biasanya
suatu asam atau basa organic lemah yang menunjukkan warna yang sangat berbeda
antara bentuk tidak terionisasi dan bentuk terionisasinya. Kedua bentuk ini
berkaitan dengan pH larutan yang melarutkan indikator tersebut.
Titik akhir titrasi terjadi bila
indikator berubah warna. Namun, tidak semua indikator berubah warna pada pH
yang sama, jadi pilihan indikator untuk titrasi tertentu bergantung pada sifat
asam dan basa yang digunakan dalam titrasi (Chang, 2001).
Titik asidimietri dan alkalimetri
menyangkut reaksi dengan asam dan basa diantara :
1.
Titrasi yang melibatkan asam kuat dan
basa lemah
2.
Titrasi yang melibatkan asam lemah dan
basa kuat
3.
Titrasi yang melibatkan asam lemah dan
basa lemah.
Titrasi asam lemah dan basa kemah
dirumitkan oleh terhidrolisinya kation adan anion dari garam yang terbentuk
(Oxtoby, 2001).
III. PROSEDEUR
PERCOBAAN
3.1 Alat
dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 1 buah buret 50 ml, 1 buah
corong, 1 buah statif klem, 1 buah pipet tetes, 2 buah labu Erlenmeyer 100 ml,
dan 2 buah pipet gondok 25 ml.
Sedangkan
bahan yang digunakan adalah 100 ml larutan asam klorida, 100 ml larutan NaOH
0,1 M, 6,3 gram Kristal H2C2O4.2H2O,
dan indikator fenolftalein.
3.2 Prosedur
Percobaan
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah :
A.
Standarisai larutan NaOH
1. Memasukkan
10 ml larutan NaOH ke dalam labu erlemeyer
2. Meneteskan
indikator PP.
3. Memasukkan
larutan asam oksalat 0,1M ke dalam buret
4. Meneteskan
larutan asam oksalat dari buret ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi larutan
NaOH hingga warna larutan berubah dari merah menjadi bening.
5. Mengukur
jumlah larutan asam oksalat yang digunakan
6. Menentukan
konsentrasi larutan NaOH
B.
Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
1. Menyusun
rangkaian alat titrasi
2. Memasukkan
larutan HCl yang telah ditentukan konsentrasinya ke dalam buret 50 ml
menggunakan corong
3. Mengambil
25 ml larutan NaOh yang telah di standarisasi dengan menggunakan pipet volume
dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer.
4. menitrasi
larutan ini hingga perubahan warna dari merah muda menjadi tak berwarna
5. Mencatat
volume larutan HCl yang digunakan dalam tabel pengamatan. Mengulangi langkah
ini sebanyak 3 kalli.
IV. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan metode yang digunakan
untuk mengetahui larutan yang konsentrasinya belum diketahui dengan larutan
yang telah diketahuinya konsentrasinnya. Titrasi terbagi menjadi empat yaitu
titrasi asam basa, titrasi pengendapan, titrasi redoks, dan titrasi
kompleksometri. Pada percobaan ini metode titrasi yang digunakan adalah titrasi
asam basa. Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi
asam basa (penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah
dengan reaksi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang
bereaksi. Titrasi asam basa terbagi menjadi dua yaitu titrasi asidimetri dan
titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi/ Penentuan konsentrasi
larutan asam basa menggunalan larutan baku primer asam. Pada praktikuum ini
yang menggunakan titrasi asidimetri adalah pada percobaan standarisasi larutan
NaOH. Sedangkan titrasi alkalimetri adalah titrasi atau penentuan konsentrasi
larutan asam basa. Pada praktikum ini, percobaan kedua yaitu titrasi asam kuat
oleh basa kuat merupakan contoh titrasi alkalimetri.
Dalam percobaan ini digunakan indikator
PP. Indikator PP ini sering digunakan pada titrasi asam basa karena indikator
PP tidak mempengaruhi kualitas titrasi dengan cara merubah warna dari larutan
basa yang dipakai dalam titrasi yang berfungsi untuk membantu mengetahui kappa
titik akhir titrasi terjadi yang ditandai dengan kembalinya warna larutan
menjadi bening. Indikator PP (fenolftalein) memiliki trayek pH yaitu 8,3 sampai
10. Indikator PP ini akan mengakibatkan perubahan warna menjadi merah keunguan
jika diteteskan pada larutan basa yang memiliki pH 8,3 sampai 10. Sedangkan
jika diteteskan pada larutan asam, maka indikator PP tidak akan berubah warna.
Titik ekuivalen dan titik akhir titrasi
sangat penting pada proses titrasi. Titik ekuivalen adalah suatu titik pada
proses titrasi ketika titran dan analit (asam dan basa) tepat habis bereaksi.
Titik ekuivalen ini sulit diamati. Yang biasa diamati adalah titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan larutan indikator.
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana
reaksi telah berjalan dengan sempurna dan biasanya ditandai dengan
mpengamatan visual melalui perubahan warna indikator.
Pada proses titrasi ada dua macam zat
yang terlibat yaitu titran/titer dan anailit/titrat. Titran merupakan zat atau
larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti, dan biasanya
diletakkan di dalam buret. Sedangkan analit merupakan zat atau larutan yang
belum diketahui konsentrasinya secara pasti, biasanya diletakkan di dalam labu
Erlenmeyer. Pada percobaan pertama yang beperan sebagai titran adalah asam
oksalat, sedangkan anlitnya adalah NaOH. Pada percobaan kedua, yang berperan
sebagai titran adalah NaOH dan analitnya adalah HCl.
Penambahan NaOH dalam larutan HCl akan
mengubah harga pH larutan. Perubahan ini bergantung dari jumlah volume HCl
maupun NaOH yang ditambahkan..
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah
:
1.
Pada percobaan standarisasi larutan NaOH
merupakan contoh tirasi asidimetri
2.
Pada percobaan titrasi asam kuat oleh
basa kuat merupakan contoh titrasi alkalimetri
3.
Pada percobaan pertama yang beperan
sebagai titran adalah asam oksalat, sedangkan anlitnya adalah NaOH.
4.
Pada percobaan kedua, yang berperan
sebagai titran adalah NaOH dan analitnya adalah HCl.
5.
Fungsi indikator PP adalah untuk
mengetahui titik akhir tirasi yang ditandai perubahan warna
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Oxtoby. 2001. Prinsip-Prinsip
Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Sukmaniah. 1990. Kimia
Kedokteran. Jakarta : Binarupa Aksara
Syukri, S. 1999. Kimia
Dasar 2. Bandung : ITB
Sip kak, makasih yo
ReplyDeleteMantas
ReplyDeleteNever forget it
ReplyDeleteTerimakasih telah berkunjung di web zeldaamini.blogspot.com
ReplyDeleteSemoga blog ini dapat terus berinovasi untuk selalu memberikan informasi yang kamu butuhkan:)