ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)
Oleh
Zelda Amini
1513023006
LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Judul
Percobaan : Asidimetri dan
Alkalimetri
Tanggal
Percobaan : 10 April 2017
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Pembelajaran Kimia
Nama : Zelda Amini
NPM : 1513023006
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program
Studi : Pendidikan Kimia
Kelompok
: 2 (Dua)
Bandar
Lampung, 10 April 2017
Mengetahui,
Asisten
Maisaroh
NPM
: 1413023034
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam kegiatan
laboratorium, untuk menentukan kadar zat biasanya digunakan metode titrasi,
dimana metode titrasi bermacam-macam, sebagai contoh bila melibatkan reaksi
asam basa maka disebut sebagai titrasi asidimetri atau alkalimetri, dan titrasi
yang melibatkan reaksi redoks disebut titrasi redoksmetri, dan masih banyak
titrasi-titrasi lainnya seperti titrasi pengendapan dan lain-lain.
Titrasi
asidimetri dan alkallimetri banyak digunakan untuk menentukan konsentrasi asam
atau basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam dan basa dengan menggunakan
indikator yang sesuai, indikator yang biasanya digunakan adalah indikator PP
atau fenolftalein. Titik akhit titrasi ditandai dengan timbulnya perubahan
warna indikator yang ditambahkan. Indikator yang dipilih adalah indikator yang
cepat berubah pada invers pH sekitar titik ekuivalen. Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai titrasi aside-alkalimetri maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan dalam percobaan ini adalah :
1.
Memahami prinsip dasar titrasi asam basa dalam
analisis volumetri
2.
Membuat larutan standar asam klorida (HCl)
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Titrasi
merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan
ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larutan
standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volume larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah
sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Day, 1999).
Analisis kimia yang diketahui
terhadap sampel yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri. Analisis
titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan
standar, yaitu larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan
didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga tercapai titik ekuivalen
titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan
basa antara sampel dengan larutan standar disebut analisis asidi – alkalimetri.
Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalah analisis
asidimetri. Sebaliknya jika digunakan suatu basa sebagai larutan standar,
analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri (Keenan, 1991).
Suatu zat standar primer harus memenuhi persyaratan
berikut :
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah
dimurnikan, mudah dikeringkan, dan mudah dipertahankan dalam keadaan murni.
2. Zat harus tak berubah dalam udara
selama penimbangan, kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh
higroskopis, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbon dioksida.
3. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat
pengotor dengan uij-uji kuantitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya
diketahui.
4. Zat harus mempunyai ekuivalen yang
tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat harus mudah
larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
6. Reaksi dengan larutan standar
harus stokiometri dan praktis. Zat yang dipakai sebagai standar primer adalah
reaksi asam basa natrium karbonat, natrium tetraborat, KH(C8H4O4),
asam klorida bertitik didih konstan, dan asam benzoat.
Dalam analisis larutan asam dan
basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume – volumenya suatu
asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetralkan. Reaksi penentralan atau
asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam
penggolongan reaksi alam analisis titrimetri. Asidi – alkalimetri ini
melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis garam
yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri) dan teori asam
bebas yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah, dengan
suatu basa standar (alkalimetri). Reaksi – reaksi ini melibatkan
bersenyawaannya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett,
1994).
Larutan yang dititrasi dalam asidmetri dan alkalimetri
mengalami perubahan pH. Misalnya, bila larutan asam dititrasi dengan basa, maka
pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus naik. Bila pH ini
diukur dengan pengukur pH pada awa titrasi yakni saat belum ditambah dengan
basa dan pada saat tertentu setelah titrasi dimulai, maka pH larutan dapat
dialurkan lewat grafik yang disebut kurva titrasi. Bila suatu indikator pH kita
gunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi maka indikator harus berubah
warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat agar tidak terjadi
kesalahan titrasi. Perubahan warna ini harus terjadi dengan mendadak agar tidak
ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan. Bila perubahan warna
mendadak sekali (yakni tetes terakhir menyebabkan warna sama sekali lain) maka
dikatakan bahwa titik akhirnya tegas atau tajam (Harjadi, 1999).
III. METODELOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan
Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini
antara lain 1 buah neraca analitik, 1 buah labu ukur 250 mL, 1 buah pipet
gondok 25 mL, 1 buah erlenmeyer, 1 buah buret 50 mL dan 1 unit statif lengkap.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan
ini antara lain kristal borak, indikator metil orange, HCl dan akuades.
3.2 Diagram Alir
Adapun langkah kerja dalam percobaan ini sebagai
berikut :
A.
Pembuatan Larutan Standar HCl 0,1 N
Pipet volume
·
Pipet 2 mL, HCl pekat dengan pipet volume
labu ukur
·
Masukkan HCl tersebut ke dalam labu ukur
250 mL
·
Tambahkan akuades
sampai tanda batas, kocok campuran tersebut dalam keadaan labu tertutup.
Hasil
B. Standarisasi
larutan HCl
Larutan
HCl adalah larutan standar sekunder, maka perlu distandarisasi dengan larutan
standar primer. Standarisasi bisa menggunak borak menurut reaksi :
Na2B4O7.10
H2O + 2HCl
2NaCl + 4H3BO3 + 5H2O
Catatan
: 1 mol boraks = 2 grek.
C.
ProseduroStandarisasi
Neraca
Analitik,
labu takar
·
Timbang 1,0 gram kristal borak (Na2B4O7.10
H2O) dan larutkan menjadi 250 mL dalam labu takar
Pipet gondok,
erlenmeyer
·
Ambil
25 mL larutan dengan pipet gondok, masukkan ke dalam erlenmeyer serta ditambah
2-3 tetes indikator MO.
Buret
· Titrasi
larutan ini dengan HCl standaryang dibuat di atas sampai terjadi perubahan
warna. Catat volume titran.
· Ulangi langkah prosedur
no. 2 dan 3 sebanyak 3 kali. Hitung rata-rata volume titran yang digunakan.
IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Adapun hasil
dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
A.
|
Pembuatan Larutan
Standar HCl 0,1 N
|
|
1.
|
Memasukkan 1 ml HCl
pekat dalam labu ukur 100 ml dan menaambah akuades hingga tanda batas
|
Awalnya larutan HCl pekat berwarna
kuning, akuades tidak berwarna. Setelah larutan HCl ditambahkan 100 ml air,
larutan tesebut berubah menjadi tidak berwarna
|
B.
|
Standarisasi
|
|
1.
|
Menimbang kristal borak
|
Massa kristal borak adalah 0,4089
gram.
|
2.
|
Melarutkan kristal borak dengan
Akuades menjadi 100 ml
|
Kristal borak awalnya berbentuk serbuk
putih, ketika dilarutkan dalam 100 ml akuades, hasilnya menjadi larutan tidak
berwarna.
|
3.
|
Mengambil 25 ml larutan. Kemudian
menambahkan 3 tetes indikator metil orange
|
Larutan berubah warna dari tidak
berwarna menjadi sedikit orange muda.
|
4.
|
Menitrasi larutan dengan HCl 0,1N
|
Setelah ditirasi dengan HCl maka
warnanya berubah menjadi merah.
|
4.3 Pembahasan
Percobaan mengenai asidimetri
dan alkalimetri. Percobaan ini dilakukan dengan cara membuat larutan standar
HCl 0,1 N dengan cara mengambil 1 ml HCl pekat, lalu memasukkannya ke dalam
labu ukur 100 ml, dan menambahkan akuades sampai tanda batas, kemudian kocok
campuran tersebut hingga homogen. Awalnya larutan HCl pekat berwarna kuning,
setelah dikocok hingga homogen menjadi tidak berwarna. Kemudian melakukan
proses standarisasi yaitu dengan cara menimbang kristal borak
lalu melarutkan kristal borak tersebut menjadi 100 ml. Berat kristal borak
yaitu 0,4089 gram. Kemudian mengambil 25 ml larutan tersebutdan memasukkannya
ke dalam labu erlenmeyer serta menambahkan 3 tetes indikator metil orange.
Setelah ditambahkan indikator metil orange warna larutan yang semula tidak
berwarna berubah menjadi sedikit orange muda. Lalu menitrasi larutan tersebut
dengan HCl standar yang telah dibuat sebelumnya sampai terjadi perubahan warna.
Volume titrasi yang digunakan adalah sebanyak 4,5 ml. Setelah larutan tersebut
dititrasi dengan HCl, terjadi perubahan warna menjadi merah. Kemudian melakukan
perhitungan untuk mendapatkan konsentrasi HCl. Konsentrasi HCl yang
diperoleh adalah 0,1188 N.
Pada percobaan ini, metode titrasi yang digunakan adalah
alkalimetri, karena pada percobaan ini yang digunakan sebagai titran adalah
larutan baku boraks yang merupakan basa dan yang ditentukan konsentrasinya
adalah HCl yang merupakan asam.
Asidimetri-alkalimetri
merupakan teknik analisis kimi berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa
atau sering disebut titrasi asam-basa. Asidimetri-alkalimetri dilakukan untuk
menentukan kadar asam atau basa dalam larutan melalui analisis volumetri
(titrimetri). Asidimetri adalah titrasi untuk menentukan kadar atau konsentrasi
larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam. Sedangkan alkalimetri adalah
titrasi untuk menentukan kadar atau konsentrasi larutan asam dengan menggunakan
larutan baku basa. Dalam titrasi asidimetri-alkalimetri digunakan indikator
untuk menunjukkan TAT, indikator dipilih yang paling sesuai.
Larutan baku ialah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku
terbagi menjadi tiga yaitu larutan baku primer, larutan baku sekunder, dan
larutan baku tersier. Larutan baku primer merupakan larutan
yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara
tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa). Larutan baku primer dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Kemudian
larutan baku sekunder yaitu larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi
larutan ini dapat ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer. Sedangkan
larutan baku tersier merupakan larutan yang konsentrasinya
diperoleh dengan cara menitrasi dengan larutan standar sekunder yang terlebih
dahulu telah distandarisasi dengan larutan standar primer.
Dalam percobaan ini digunakan indikator MO (Metil Orange) yang merupakan
suatu senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S.
Indikator MO menunjukkan perubahan warna dari merah ke kuning dengan trayek pH
3,1-4,4. Adapun struktur dari indikator metil orange adalah :
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu
reaksi antara borak + HCl sebagai berikut :
Na2B4O7.10
H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3
+ 5H2O
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.
Volume titrasi yang terpakai titrasi adalah 4,5 ml.
2.
Perubahan warna larutan sebelum dan sesudah titrasi
adalah dari orange muda menjadi merah.
3.
Konsentrasi HCl dari percobaan adalah 0,1188 N.
4.
Titrasi yang digunakan pada percobaan ini adalah
titrasi alkalimetri.
5.
Berdasarkan kurva penambahan volume HCl
terhadap pH, dapat disimpulkan bahwa semakin besar penambahan volume HCl maka
pH HCl semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J.
et al. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia
Analitik Kuantitatif Anorganik. Kedokteran. Jakarta : EGC.
Day, Underwood. 1999. Kimia
Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta :
Gramedia.
Keenan,
Charles W. et al. 1991. Ilmu Kimia untuk
Universitas. Jakarta :
Erlangga.
LAMPIRAN
PERTANYAAN
1. Jelaskan
mengapa pada titrasi asidimetri alkalimetri pengamatan titik akhir titrasi
harus menggunakan indikator ?
2. Jelaskan
kapan titrasi harus dihentikan?
3. Jelaskan
mengapa titrasi harus dihentikan ?
4. Jelaskan,
bisakah larutan HCl digunakan sebagai larutan standar ?
Jawab :
1. Pada
titrasi asidimetri alkalimetri pengamatan titik akhir titrasi harus menggunakan
indikator karena indikator tersebut dapat menunjukkan perubahan warna yang
paling dekat dengan harga pH di titik eivalen titrasi yang sedang dilakukan.
2. Titrasi
harus dihentikan ketika sudah mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
ditandai dengan timbulnya perubahan warna indikator yang ditambahkan.
3. Titrasi
herus dihentikan karena telah mencapai titik akhir titrasi.
4. Pada
percobaan ini tidak bisa, karena konsentrasi HCl belum diketahui. Sedangkan
yang dijadikan larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
terima kasi sangat nii
ReplyDeletemakasih sangat lah
ReplyDelete