Showing posts with label Laporan Praktikum Kimia. Show all posts
Showing posts with label Laporan Praktikum Kimia. Show all posts

Sunday, 10 May 2020

Laporan Praktikum Pemeriksaan Kation

PEMERIKSAAN KATION DALAM LARUTAN SAMPEL UNKNOWN
 (Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)





Oleh
Zelda Amini
1513023006










LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU  PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017


Judul Percobaan          : Pemeriksaan Kation dalam Larutan Sampel Unknown

Tempat Percobaan       : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Tanggal Percobaan      : 5 Juni 2017

Nama                           : Zelda Amini

NPM                           : 1513023006

Fakultas                       : Keguruan Ilmu Pendidikan

Jurusan                        : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi             : Pendidikan Kimia

Kelompok                   : 2 (Dua)

Bandar Lampung, 5 Juni 2017
Mengetahui,
Asisten

NPM. 14130230


I.       PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti mengkonsumsi makanan dan minuman sebagai pemenuh kebutuhan fisik. Setiap makanan yang kita makan nantinya akan masuk ke sistem-sistem yang ada dalam tubuh kita dalam bentuk ion-ion. Ion-ion tersebut berupa kation dan anion. Baik kation maupun anion dapat di analisis melalui analisis kimia  Ion-ion dapat diidentifikasi dengan menggunakan satu atau lebih reaksi kimia yang karakteristik atau spesifik. Identifikasi kation didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat tersebut.

Kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Misalnya dalam suatu sampel yang yang tidak diketahui akan diperiksa kation yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui sampel apakah tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan pendahuluan, seperti uji nyala, warna ion dalam larutan ataupun melalui reaksi kimia dan lain sebagainya. Bila beberapa ion ada dalam suatu larutan, maka sebelum langkah identifikasi terhadap masing-masing ion tersebut, harus terlebih dahulu dipisahkan satu persatu dengan menggunakan reaksi pemisah. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai identifikasi kation-kation, maka dilakukanlah percobaan ini.


1.2  Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kation-kation golongan I yang terdapat dalam sampel unknown.
II.    TINJAUAN PUSTAKA



Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel. Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat tertentu yang ada dalam sampelKimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel atau contoh (Underwood,1993).

Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji ynag berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapkan atau diubah dalam bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih pelarut yang cocok. Ion-ion pada golongan-golongan diendapkan satu per satu, endapan dipisahkan dari larutan dengan cara disaring atau diputar dengan centrifuge. Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara spesifik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini dengan pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam analisis kimia suatu kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka akan terlihat adanya perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya pada permukaan, terjadinya perubahan warna, bau kimia dan timbulnya gas (Svehla, 1985).

Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi eperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena uhu ini dapat digunaan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedngkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan (Besari, 1982).




III.    METODELOGI PERCOBAAN



3.1  Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain 6 buah tabung reaksi, 2 buah tabung sentrifuge, 1 buah bunsen lengkap, 1 buah rak tabung reaksi, 1 buah alat sentrifuge 100-200 rpm.

Sedangkan bahan-bahan yang pada percobaan ini antara lain AgNO3 0,1 M, HgNO3 0,1 M, (PbNO3)2 0,1 M, HCl 2 M; 1 M, K2CrO4 0,2 M. NH4OH 2 M, HNO3 2 M, H2SO4 0,2 M, SnCl2, alkohol, akuaregia dan akuades.

IV.    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



4.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari percobaan ini adalah :
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Sampel + 4 ml HCl (ditetesi)
Sampel tak berwarna dan larutan HCl tak berwarna. Setelah HCl ditambahkan,terbentuk endapan berwarna putih
2.
Endapan disaring dengan kertas saring
Diperoleh endapan berwarna putih dan filtrat tak berwarna.
3.
Endapan + 20 ml aquades lalu dipanaskan
Setelah dipanaskan terbentuk endapan abu-abu putih
4.
Endapan disaring menggunakan kertas saring
Diperoleh endapan ke 2 dan filtrat
5.
Filtrat + 5 tetes K2CrO1 M
Terbentuk endapan merah bata
6.
Endapan ke 2 + 4 ml NH4OH 2 Mdipanaskan,  lalu disaring
Diperoleh filtrat dan terbentuk endapan berwarna abu-abu yang menunjukkan adanya Hg22+
7.
Filtrat + HNO3 2 M sampai terbentuk endapan putih
Tidak terbentuk endapan putih



4.2  Pembahasan

Percobaan kali ini mengenai pemisahan kation golongan klorida. Percobaan ini dilakukan dengan cara menambahkan 4 ml HCl pada sampel yang tak berwarna dengan cara ditetesiMaka dari perlakuan tersebut terbentuk endapan berwarna putih. Sehingga fungsi penambahan HCl tersebut adalah untuk mengendapkan kation golongan klorida. Kemudian memisahkan endapan tersebut menggunakan kertas saring. Sehingga diperoleh endapan dan filtrat. Endapan tersebut berwarna putih yang menunjukkan adanya kation golongan I (klorida). Sedangkan filtrat yang diperoleh mengandung kation golongan II, III, IV, dan V. Reaksi yang terjadi adalah :

Sampel(aq)  + HCl(aq)                 AgCl(s) + PbCl2(s) +  Hg2Cl2(s).

Kemudian endapan yang diperoleh tersebut ditambahkan dengan 20 ml aquades lalu memanaskannya pada penangas air sampai terbentuk endapan. Setelah dilakukan pemanasan, diperoleh endapan berwarna abu-abu putih. Selanjutnya memisahkan endapan dan filtratnya menggunakan kertas saring. Kemudian, Filtrat yang diperoleh ditambahkan dengan 5 tetes K2CrO1 M. Dari penambahan K2CrO4 tersebut terbentuk endapan yang berwarna merah bata. Hal ini menunjukkan tidak adanya kation Pb2+ dalam sampel. Karena fungsi penambahan K2CrO4 adalah untuk mengidentifikasi kation Pb2+.

Sedangkan endapan yang diperoleh ditambahkan dengan 4 ml NH4OH 2 M dan dipanaskan sampai terbentuk endapan berwarna abu-abu. Kemudian disaring menggunakan kertas saring dan diperoleh filtrat dan endapan berwarna abu-abu. Endapan abu-abu tersebut menunjukkan adanya kation Hg22+. Sehingga penambahan NH4OH tersebut berfungsi untuk melarutkan Ag+ . Adapun reaksi yang terjadi adalah :

AgCl (s) + 2NH4OH (aq)               Ag(NH3)2Cl (aq) + 2H2(l)
Hg2Cl2 (s) + 2NH4OH (aq)               HgNH2Cl (s) + Hg (s) + NH4Cl (aq) + 2H2(l)
                                                                                  (endapan abu-abu)

Setelah itu, filtrat yang diperoleh tadi ditetesi dengan HNO3 sampai terbentuk endapan putih. Namun pada percobaan ini, tidak dihasilkan endapan putih yang berarti bahwa tidak terdapat kation Ag+ dalam sampel. Karena penambahan HNOtersebut bertujuan untuk mengidentifikasi adanya Ag+ dalam sampel. Adapun reaksi yang seharusnya terjadi adalah :

Ag(NH3)2+(aq) +  Cl-(aq) +  2H+(aq)                             AgCl(s) + 2NH4+(aq)                                                                                                                
    
                                                                                                     (endapan putih)

Pada percobaan ini terdapat kesalahan yaitu seharusnya saat filtrat terakhir ditetesi HNO3 harusnya terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya kation Ag+. Hal ini disebabkan karena HNO3 yang digunakan pada percobaan memiliki konsentrasi yang terlalu pekat.


V.       KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percoobaan, maka diperoleh kesimpula sebagai berikut :
1.      Larutan asam (HCl) dapat mengendapkan kation golongan klorida.
2.      Kation Hg22+ dapat diidentifikasi dengan menambahkan NH4OH dan dipanaskan yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna abu-abu.
3.      Kation Ag+ dapat diidentifikasi dengan menambahkan HNO3 yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna putih.
4.      Fungsi penambahan NH4OH pada percobaan adalah untuk memisahkan Ag+ dengan Hg22+ dengan melarutkan Ag+.
5.      Berdasarkan hasil percobaan, di dalam sampel terdapat kation Hg22+. Namun seharusnya terdapat juga kation Ag+

DAFTAR PUSTAKA

Besari, Ismail, dkk. 1982. Kimia Organik untuk Universitas Edisi I. Bandung : Armico Bandung.
Shevla, G. 1985. VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I Edisi V. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Underwood, A.L. 1993. Analisis Kimia Kualitatif  Edisi IV. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Friday, 8 September 2017

Laporan Praktikum Penentuan Air Kristal Prusi - Dasar Kimia Analitik

PENENTUAN AIR KRISTAL PRUSI (CuSO4. X H2O)
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik)






Oleh
Zelda Amini
1513023006










LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017


Judul Percobaan          : Penentuan Air Kristal Prusi (CuSO4. X H2O)

Tanggal Percobaan      : 3 April 2017

Tempat Percobaan       : Laboratorium Pembelajaran Kimia

Nama                           : Zelda Amini

NPM                           : 1513023006

Fakultas                       : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jurusan                        : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi             : Pendidikan Kimia

Kelompok                   : 2 (Dua)


                                                Bandar Lampung, 3 April 2017
                                                Mengetahui,
                                                Asisten



                                                Nur Ngafifah Jamil
                                                NPM : 1413023047





I.       PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Dalam kegiatan laboratorium maupun di pabrik industri banyak sampel-sampel yang kita gunakan yang perlu kita ketahui kadar zat yang terkandung di dalamnya. Banyak sekali cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kadar zat dalam suatu sampel. Dalam laboratorium kita sering menggunakan zat yang berwujud kristal, dimana kristal-kristal yang digunakan mungkin saja mudah bereaksi dengan air atau mengandung air.

Dalam ilmu kimia, lebih jelasnya di bidang kimia analitik kita mengenal istilah gravimetri dimana terdapat berbagai cara untuk menguji zat. Gravimetri ini pada dasarnya merupakan cara untuk menentukan berapa kadar zat dalam suatu sampel. Dengan gravimetri kita dapat menentukan kadar zat dengan dua cara, cara langsung ataupun cara tak langsung. Pada kegiatan laboratorium cara tak langsung adalah cara yang umum digunakan. Untuk dapat menentukan kadar air dari kristal prusi secara gravimetric, dilakukanlah percobaan ini.


1.2  Tujuan Percobaan

Adapuan tujuan dari percobaan ini adalah :
1.      Memahami prinsip dasar analisis gravimetric
2.      Menentukan kandungan air yang terkandung dalam CuSO4. X H2O




II.    TINJAUAN PUSTAKA



Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.

Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusun senyawa tersebut. Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya (Khopkar, 2008).

Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbondioksida, dan isodium. Selain itu, berbagai macam senyawa organik pula ditentukan dengan mudah secara gravimetri. Contoh-contohnya antara lain :
·         Penentuan kadar laktosa dalam susu ;
·         Fenolftalein dalam obat pencahar ;
·         Nikotina dalam pestisida ;
·         Kolestrol dalam biji-bijian dan benzaldehida dalam buah-buahan tertentu.

Jadi, sebenernya cara gravimetric merupakan salah satu yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia (Vogel, 1990).

Dalam gravimetri, endapan biasanya dikumpulkan dengan penyaringan cairan induknya melalui kertas saring atau alat penyaring kaca masir. Kertas saring yang digunakan dalam gravimetri terbuat dari selulosa yang sangat murni sehingga apabila dibakar hanya akan meninggalkan sisa abu yang sangat sedikit. Selain dengan penyaringan, endapan juga dapat dipisahkan dengan cara pengenap-tuangan. Dengan cara ini endapan yang berada dalam cairan induknya diendapkan beberapa saat. Kemudian cairan bagian atasnya dituang ke wadah lain. Pekerjaan ini dilakukan berulang-berulang hingga semua cairan terpisah dari endapan (Rivai, 1995).

Metode gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan :


aA + pP                       AaPp

“a” adalah koefisien reaksi setara dengan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan pengendap (p) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan P berlebih dilakukan agar dicapai pengendapan yang sempurna.

Agar pengendapan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendeteksi nilai yang sebenarnya, harus dipenuhi dua kriteria berikut :
1.      Proses pengendapan analit dan komponen lainnya berlangsung sempurna
2.      Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian tinggi (Ibnu, 2004). 
III. METODOLOGI PERCOBAAN



3.1  Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 1 buah cawan porselen, 1 buah pembakar Bunsen, 1 buah kaki tiga, 1 buah kawat kasa, 1 buah eksikator, dan 1 buah neraca digital.


3.2  Diagram Alir

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan ini adalah :
Cawan Porselen
 
 


·         Dipijarkan sampai beratnya konstan
·         Kristal prusi ditimbang sebanyak 2,0 gram
·         Dipanaskan selama 1-2 jam, sampai Kristal terlihat putih
·        
Eksikator
 
Dipindahkan ke

·         Didinginkan dan ditimbang (Dicatat sebagai W1)
·         Dipanaskan kembali selama 30 menit
·         Diulangi kembali prosedur No.4 (Dicatat sebagai W2)
·         Dipanaskan, didinginkan dan ditimbang berulang kali sampai selisih dua penimbangan konstan
·         Dihitung air Kristal prusi
·        
Hasil
 
Dihitung % air yang terdapat dalam Kristal prusi



IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASA



4.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil dari percobaan ini adalah :
No.
Alur
Hasil
1.
Memijarkan gelas kimia sampai berat konstan
Berat gelas kimia konstan
2.
Menimbang Kristal prusi dalam gelas kimia
Berat Kristal prusi sebesar 0,51 gram
3.
Memanaskan di atas hot plate 100˚C selama 15 menit
Kristal prusi berubah menjadi berwarna putih
4.
Memindahkan ke dalam eksikator selama 5 menit dan di timbang kembali setelah dingin
Berat Kristal prusi sebesar 0,522 gram
5.
Memanaskan kembali dalam hot plate suhu 100˚C selama 10 menit
Warnanya menjadi putih
6.
Memindahkan ke dalam eksikator selama 5 menit dan di timbang kembali setelah dingin
Diperoleh berat Kristal sebesar 0,415 gram
7.
Menentukan rumus Kristal prusi melalui perhitungan
Rumus Kristal prusi yang diperoleh adalah CuSO4.5H2O


4.2  Perhitungan

Diketahuii : Wo = 0,522 gram
Wn = 0,415 gram
BM air = 18 g/mol
BM Prusi = 249,5 g/mol

Ditanya : X ?

Jawab :
          (Wo – Wn)/ BM air
X =
               Wn/ BM prusi

       (0,522 gram – 0,415 gram)/ 18 g/mol
  =
               0,415 gram/ 249,5 g/mol

            0,005
   =
            0,001

   = 5

        Rumus Kristal prusi = CuSO4.5H2O


4.3 Pembahasan

Percobaan kali ini mengenai penentuan air Kristal prusi. Percobaan ini dilakukan dengan cara memijarkan gelas kimi sampai beratnya konstan. Setelah itu, menimbang Kristal prusi. Kristal prusi berwarna biru, dan berat penimbangannya yaitu sebesar 0,51 gram. Kemudian Kristal prusi yang berada dalam gelas kimia tersebut dipanaskan di atas hot plate dengan suhu 100˚C selama 15 menit. Setelah dipanaskan warna Kristal lama-kelamaan berubah menjadi putih. Setelah itu gelas kimia berisi Kristal prusi tadi dipindahkan ke dalam eksikator dan didinginkan selama 5 menit dan ditimbang kembali setelah dingin. Berat Kristal prusi setelah didinginkan adalah sebesar 0,415 gram. Kemudian melakukan perhitungan untuk memperoleh  rumus Kristal prusi dan kadar airnya. Kadar air yang diperoleh adalah sebesar 5.

Adapun fungsi perlakuan pada percobaan ini yaitu yang pertama penimbangan untuk mengetahui berat Kristal sebelum dan sesudah pemanasan dan pendinginan agar dapat dilakukan perhitungan terhadap kadar air Kristal prusi. Selanjutnya pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi dan membuat air yang terkandung dalam Kristal prusi menguap. Lalu melakukan pendinginan terhadap Kristal yang telah dilakukan pemanasan untuk menstabilkan suhu Kristal. Sebelum gelas kimia dipakai, dilakukan pemijaran terlebih dahulu untuk menyerap sisa-sisa H2O yang ada agar gelas kimia yang dipakai benar-benar kering.

Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah :
 


CuSO4. X H2O(s)                       CuSO4(s) + X H2O(g)
       Biru                                        Putih

Analisa kuantitatif yaitu pekerjaan yang dilakukan untuk untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan mol, ataupun persentase dalam gram. Untuk melakukan analisis kuantitatif pada prinsipnya didahului dengan analisis kualitatif, sebab tanpa pengetahuan tentang apa yang ada, tidak masuk akal bila berusaha menentukan berapa yang ada.

Analisis secara gravimetri adalah suatu proses pemisahan menjadi elemen atau senyawa tertentu dari elemen dalam bentuk murni yang memungkinkan dan dihitung berdasarkan penimbangan berat. Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsurpelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.

Kristal prusi atau CuSO4·5H2O adalah bentuk pentahidrat dari senyawa tembaga (II) sulfat yang berbentuk Kristal dan berwaran biru terang. CuSO4·5H2O memiliki kerapatan sebesar 2.284 g/cm3, massa molar sebesar 249.70 g/mol. dapat terlarut/ bercampur dengan metanol dengan 10,4 g/L pada suhu 18 °C,  namun tidak bercampur/terlarut dengan etanol. 

Setelah dilakukan perhitungan pada hasil percobaan Kristal prusi diperoleh nilai X sebesar 5. Sehingga rumus senyawa Kristal prusi adalah CuSO4.5H2O. Hasil percobaan dan perhitungan ini telah sesuai dengan literatur yang ada. Dengan demikian, percobaan kali ini dapat dikatakan berhasil.




V.    KESIMPULAN



Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini :
1.      Kristal prusi sebelum pemanasan berwarna biru.
2.      Setelah dipanaskan (2 kali pemanasan) warna Kristal menjadi putih, ini menunjukkan hilangnya kadar air dari Kristal prusi.
3.      Wo yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 0,522 gram
4.      Wn yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 0,415 gram
5.      Kadar air (X) yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar 5
6.      Rumus Kristal prusi yang diperoleh dari percobaan adalah CuSO4.5H2O. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang ada





DAFTAR PUSTAKA


Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta : UNY Press.

Ibnu, M. Sodiq. 2004. Kimia Analitik. Malang : UNM.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press.

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka



  


LAMPIRAN







PERTANYAAN



1.      Jelaskan kenapa cawan porselen musti kering dikeringkan sebelum digunakan
2.      Jelaskan kenapa langkah pemijaran/pemanasan, pendinginan, dan penimbangan harus dilakukan berulang kali


Jawab :

1. Cawan porselen musti dikeringkan dahulu untuk menyerap sisa-sisa H2O yang ada agar cawan yang dipakai benar-benar kering dan beratnya konstan.

2. pemijaran/pemanasan, pendinginan, dan penimbangan harus dilakukan berulang kali untuk mendapatkan selisih dua penimbangan yang konstan dan mendapatkan berat awal dan berat akhir Kristal untuk penentuan kadar air.