IODOMETRI
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar
Kimia Analitik)
Oleh
Zelda Amini
1513023006
LABORATORIUM PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Judul Percobaan : Iodometri
Tanggal Percobaan : 17 April 2017
Tempat Percobaan : Laboratorium Pembelajaran Kimia
Nama :
Zelda Amini
NPM :
1513023006
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan :
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi : Pendidikan Kimia
Kelompok : 2 (Dua)
Bandar
Lampung, 17 April 2017
Mengetahui,
Asisten
Mery
Arisandi Lumbu
NPM
: 1413023038
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pada
kegiatan di laboratorium, kita sering menjumpai proses analisis zat dengan
menggunakan metode titrasi. Salah satu jenis titrasi adalah iodometri dan
iodimetri. Metode titrasi iodometri dan iodimetri didasarkan pada reaksi
oksidasi-reduksi. Dalam analisis kimia, titrasi iodometri dan iodimetri cukup
banyak digunakan jika dibandingkan dengan metode lain.
Iodometri
(titrasi tidak langsung) digunakan dalam menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau
mempunyai potensial reduksi yang lebih rendah dari sistem iodium-iodida seperti
CuSO4.5H2O. Dalam titrasi iodometri larutan yang biasanya
digunakan sebagai larutan standar adalah larutan natrium tiosulfat. Sampel yang
bersifat oksidator akan direduksi oleh kalium iodide berlebih dan akan
menghasilkan iodium yang akan dititrasi dengan tiosulfat. Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai titrasi iodometri maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah
1.
Memahami prinsip dasar titrasi
iodometri/iodimetri
2.
Menentukan konsentrasi CuSO4
menggunakan cara iodometri
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Titrasi
iodometri yaitu titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa
kemudian direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan yang sesuai yang
selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan
standar. Titrasi iodometri ini termasuk golongan titrasi redoks dimana mengacu
pada transfer elektron. Larutan standar yang digunakan dalam proses iodometri
adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.Larutan
tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
distandarisasi dengan larutan baku primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil
dalam waktu yang lama. Warna larutan iodium adalah cukup kuat sehingga iodium
dapat bekerja sebagai indikatornya sendiri. Akan tetapi lebih umum digunakan
suatu larutan kanji,karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai
untuk suatu uji peka terhada iodium (Underwood,2004).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap
perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi
digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi
disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron.
Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan
bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu
kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja.
Titrasi
iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena
perbandingan stokiometri yang sederhana pelaksanaannya, praktis dan tidak
banyak masalah dan mudah (Khopkar, 2003).
Titrasi
iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika
dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena
perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak
masalah dan mudah. Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor
dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk
menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat
dalam serbuk vitamin C. Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap
zat-zat oksidator berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana
zat-zat oksidator ini direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang
setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku. Dalam
bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang
mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya,
sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya
(Basset, 1994).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah iodimetris adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan ke pereaksi oksidasi yang ditentukan, kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung dengan sempurna.
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0.00134 mol per liter pada 25 0C), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sebelum penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan (Rivai, 1995).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya gelas kimia 250 ml 1 buah, labu ukur 100 ml 2 buah, gelas
ukur 10 ml 1 buah, pipet gondok 1 ml 1 buah, buret 50 ml 1 buah, erlenmeyer 3
buah, neraca analitik 1 buah, statif lengkap 1 unit.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya adalah K2Cr2O7 0,05 N, Na2S2O3,
CuSO4, KI 10%, Larutan kanji atau amilum, asam asetat, asam klorida
pekat, akuades.
3.2 Diagram
Alir
Adapun langkah-langkah
yang dilakukan pada percobaan ini adalah :
A. Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan
larutan K2Cr2O7
Erlenmeyer
|
Erlenmeyer
|
larutan
K2Cr2O7 yang telah dibuat dipipet
sebanyak 10 ml dengan pipet
|
Erlenmeyer
|
Ditambahkan
5 ml KI 10% dan 1 ml HCl pekat
|
Erlenmeyer
|
I2
dititrasi dengan larutan tiosulfat sampai warnanya jadi kuning
|
Ditambahkan 1
ml larutan kanji, warnanya akan berubah menjadi biru
|
Hasil
|
Erlenmeyer
|
2. Menentukan
Konsentrasi CuSO4
Labu
Ukur
|
Larutan CuSO4 diencerkan
|
Erlenmeyer
|
10 ml larutan CuSO4 dipipet dan dimasukkan
Ditambahkan 10 ml Ki 10%
dan 4 ml Asasm asetat 2N
|
Erlenmeyer
|
Dititrasi dengan larutan tiosulfat sampai warna kuning
Ditambahkan 1 ml Kanji, ditirasi lagi sampai warna biru hilang.
Hitung konsentrasi larutan CuSO4
|
Hasil
|
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
0,6135
gram K2Cr2O7 + 25 ml
air
|
Larutan K2Cr2O7 berwarna
orange
|
2.
|
10 ml larutan K2Cr2O7 + 5 ml KI 10 %
|
Larutan
menjadi kekuningan
|
3.
|
Larutan tersebut + 1 ml HCl pekat
|
Larutan
menjadi berwarna merah pekat
|
4.
|
Mentitrasi
dengan Na2S2O3
|
Warna
larutan menjadi agak pudar
|
5.
|
Menambahkan
1 ml kanji saat
titrasi
|
Larutan menjadi berwarna
biru dalam
kehijauan. Volume titrasi yang digunakan sebanyak 14,5 ml
|
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
10 ml CuSO4 + 10 ml larutan KI + 4 ml asam asetat
|
CuSO4 berwarna biru, KI tak berwana, dan HCl tak berwarna. Ketka dicampurkan berubah menjadi warna kuning dan terdapat endapan
|
2
|
Mentitrasi dengan larutan tiosulfat
|
Warnanya menjadi keabu-abuan
|
3
|
Menambahkan
1 ml kanji saat titrasi
|
Warnanya menjadi putih
susu. Volume titrasi yang digunakan sebanyak 8,5 ml
|
Pada percobaan kali ini mengenai idometri, dilakukan 2 perobaan yaitu standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan K2Cr2O7 dan menentukan konsentrasi CuSO4. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan K2Cr2O7 yaitu membuat larutan standar K2Cr2O7 dengan cara menimbang 0,6135 gram K2Cr2O7 berwarna orange dan melarutkannya dengan 25 ml aquades hasilnya menjadi larutan yang berwaran orange. Lalu membuat larutan Na2S2O3 sebanyak 100 ml sebagai titrat dengan cara menimbang 2,48 gram Na2S2O3 tak berwarna dan melarutkannya ke dalam 100 ml aquades. Kemudian membuat larutan KI dengan cara mennimbang 0,415 gram KI yang tak berwarna dan dilarutkan dengan 25 ml aquades. Setelah itu, memipet 10 ml larutan tersebut dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer, kemudian 5 ml KI 10% menambahkan menambahkan. Lalu menambahkan 1 ml HCl pekat danberubah mejadi merah pekat. Kemudian I2 yang terbentuk dititrasi dengan larutan tiosulfat dan warna menjadi agak pudar. Lalu tambahkan 1 ml kanji dan warnannya berubah menjadi biru dalam kehijauan. Larutan natrium tiosulfat yang digunakan untuk titrasi sebanyak 14,5 ml.
Percobaan kedua yaitu menentukan konsentrasi CuSO4 dengan cara mengambil CuSO4 sebanyak 10 ml dan mengencerkannya. Setelah mengambil 10 ml larutan tersebut dan memasukkannya ke dalam erlenmeyer. menambahkannya dengan 10 ml KI dan 4 ml asam asetat 2N, kemudian berubah menjadi kuning dan terdapat endapan. Lalu mentitrasi larutan tersebut dengan larutan tiosulfat. Lama-lama berubah warna menjadi keabu-abuan dan kemudian menambhakan 1 ml kanji. Hasilnya berubah menjadi putih susu. Volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk titasi adalah sebanyak 8,5 ml.
Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi natrium tiosulfat sebesar dan kadar Cu dalam CuSO4 sebasar 0,01445 M.
Proses titrasi dengan menggunakan larutan iod (I2) dapat dibeakan menjadi iodometri dan iodimetri. Terdapat perbedaan antara Iodometri dan Iodimetri diantaranya :
Iodometri
|
Iodimetri
|
Termasuk reduktometri
|
Termasuk oksidimetri
|
Larutan Na2S2O3 (Tio) sebagai
penitar (Titran)
|
Larutan I2 sebagai penitar (Titran)
|
Penambahan indikator kanji saat mendekati titik akhir.
|
Penambahan indikator kanji saat
awal penitaran
|
Termasuk ke dalam titrasi tidak langsung
|
Termasuk ke dalam titrasi langsung
|
Oksidator sebagai titrat
|
Reduktor sebagai titrat
|
Titrasi dalam suasana asam
|
Titrasi dalam suasana sedikit basa/netral
|
Penambahan KI sebagai zat penambah
|
Penambahan NaHCO3 sebagai zat penambah
|
Titran sebagai reduktor
|
Titran sebagai oksidator
|
Pada percobaan ini dilakukan beberapa penambahan reagen. Seperti penambahan Na2S2O3 yang berfungsi sebagai titran, karena Na2S2O3 bukan larutan standar primer sehingga harus distandarisasi oleh K2Cr2O7 atau dengan KIO3. Selanjutnya fungsi K2Cr2O7 yaitu sebagai larutan standar primer untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat dan sebagai pereaksi oksidasi. Fungsi HCl yaitu sebagai pemberi suasana asam karena pada titrasi iodometri harus berada pada pH kurang dari 8 (asam). Jika pH lebih dari 8 maka Na2S2O3 akan teroksidasi secara parsial dan berubah menjadi sulfat. Selanjutnya, fungsi amilum yaitu untuk mendeteksi kelebihan I- yang belum bereaksi dengan Na2S2O3. Dan saat titrasi dilakukan penambahan amilum agar I- tidak terabsorpsi sehingga titik akhirnya dapat ditentukan dan konsentrasi Na2S2O3 dapat diketahui. Sedangkan, fungsi dari KI yaitu untuk menghasilkan ion iodida yang akan bereaksi lebih lanjut dengan natrium tiosulfat menjadi I2.
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan K2Cr2O7 yaitu :
Sebelum titrasi
Reduksi : Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6e- 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l) x 1
Oksidasi : 2 I-(aq) I2(g) + 2 e- x 3
+
Redoks : Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 I-(aq) 2 Cr3+(aq) + 3 I2(g) + 7 H2O(l)
Setelah titrasi
Reduksi : I2(g) + 2 e- 2 I-(aq)
Oksidasi : 2 S2O32-(aq) S4O62-(aq)+ 2 e- +
Redoks : I2(g) + 2 S2O32-(aq) 2 I-(aq)+ S4O62-(aq)
Adapun reaksi yang terjadi pada percobaan menentukan konsentrasi CuSO4 yaitu :
Sebelum titrasi
Reduksi : Cu2+(aq) + e- Cu+(aq) x 2
Oksidasi : 2 I-(aq) I2(g) + 2 e- x 1
+ Redoks : 2 Cu2+(aq) + 2 I-(aq) 2Cu+(aq) + I2(g)
Sesudah Titrasi
Reduksi : I2(g) + 2 e- 2 I-(aq)
Oksidasi : 2 S2O32-(aq) S4O62-(aq)+ 2 e-
+ Redoks : 2 S2O32-(aq) + I2(g) S4O62-(aq) + 2 I-(aq)
Iodometri adalah suatu metode titrasi tidak langsung dimana titrasi menggunakan larutan standar Na2S2O3 sebagai titran, yang berperan sebagai reduktor. KI digunakan sebagai penyedia iodium dan iodida, dan digunakan dalam larutan kanji atau amilum sebagai indikator. Metode ini termasuk ke dalam reduktometri, dan titrasi dilakukan dalam suasana asam.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi Na2S2O3 adalah sebesar N
2. Dari hasil perhitungan kadar Cu dalam CuSO4 adalah sebesar 0,01445 M
3. Volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi pada percobaan pertama sebanyak 14,5 ml.
4. Volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi pada percobaan kedua sebanyak 8,5 ml
5. Amilum ditambahkan ditengah titrasi karena titrasi yang redoks yang digunakan termasuk titrasi iodometri
6. Amilum bekerja untuk mengabsorpsi kelebihan I2 yang terbentuk sehingga titik akhir titrasi dapat ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta : Universitas Indonesia Press
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.
Jakarta : Penerbit UI
Underwood,
A. 2004. Analisis Kimia Kualitatif . Jakarta : Penerbit Erlangga
Terimakasih telah berkunjung di web zeldaamini.blogspot.com
ReplyDeleteSemoga blog ini dapat terus berinovasi untuk selalu memberikan informasi yang kamu butuhkan:)