ARGENTOMETRI
(Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Kimia Analitik)
Oleh
Zelda Amini
1513023006
LABORATORIUM
PEMBELAJARAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
Judul
Percobaan : Reaksi
Pengenal Beberapa Kation
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Pembelajaran Kimia
Tanggal
Percobaan : 22 Mei 2017
Nama : Zelda Amini
NPM : 1513023006
Fakultas : Keguruan Ilmu
Pendidikan
Jurusan : Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program
Studi :
Pendidikan Kimia
Kelompok : 2 (Dua)
Bandar
Lampung, 22 Mei
2017
Mengetahui,
Asisten
Mery Arisandi Lumbu
NPM.
1413023038
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
kegiatan di laboratorium, kita sering menjumpai proses analisis suatu sampel dengan
menggunakan metode titrasi. Salah satu jenis titrasi adalah titrasi pengendapan atau yang biasa disebut dengan
titrasi argentometri. Metode titrasi argentometri didasarkan pada proses pengendapan ataupun endapan yang dihasilkan. Dalam proses ini proses pengendapan suatu sampel
sangatlah penting bagi hasil analisis. Dalam analisis
kimia, titrasi argentometri
cukup banyak digunakan jika dibandingkan dengan metode lain. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam
titrasi ini adalah ion halida(Cl-, Br-, I-)
Hal dasar yang diperlukan dari
titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang
mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. Yaitu ditunjukkan
dengan tidak
ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik
akhir titrasi Titrasi argentometri ini dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu
cara mohr, volhard, dan fajans. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai titrasi
argentometri dan cara-cara tersebut maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Memahami perbedaan prinsip dasar titrasi argentometri
cara Mohr, Volhard, dan Fajans.
2. Menentukan kadar klorida dengan cara argentometri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah
satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- )
dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai
argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.Dasar titrasi
argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titrant
dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut. Istilah argentometri diturunkan dari
bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+.
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator
dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood, 1992). Reaksi menjawab apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebihumum mengenai penyelesaian dasar yang terjadi adalah :y Pengendapan jika Q > Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989) .Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan suhu.Umumnya suatu kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Ibnu, 2005).
Pada
titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat,
sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator.
Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk
perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini
hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni
dalam jangkauan pH 6,59.
Aksi
dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen,
indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu
perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka
dinamakan indikator adsorpsi. Zat-zat yang digunakan adalah
zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein misalnya flouresein an eosin
yang digunakan sebagai garam natriumnya. Untuk titrasi klorida, boleh dipakai
flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat,
perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein akan
membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu (Bassett, 1994).
Dalam
titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang
dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain
dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Indikator ini ialah asam lemah atau
basa lemah organic yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya
flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein
akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FI-
Ion
FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan
endapan berwarna merah muda. Flouresein sendiri dalam larutan
berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini diketahui
berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi
merah muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh
menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak
berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah 1 buah gelas kimia 250 ml, 2 buah labu ukur 100 ml, 1 buah gelas ukur 10
ml, 1 buah pipet gondok 10 ml, 3 buah Erlenmeyer 300 ml, 1 buah buret 50 ml, 1
buah neraca analitik, dan 1 unit statif lengkap.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah NaCl p.a, AgNO3
0,1 N, K2CrO4 5%, HNO3 6N, Nitro benzen,
larutan ammonium feri sufat, fluorescein, garam dapur, dan akuades.
4.3 Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu mengenai argentometri. Percobaannya ini dilakukan 2 percobaan yaitu menentukan
normalitas larutan AgNO3 dengan cara Mohr
dan percobaan menentukan kadar tiosianat dengan cara
volhard. Adapun langkah-langkah percobaan yang pertama yaitu mengambil 10 ml
larutan NaCl 0,1 N yang telah dibuat oleh asisten ke dalam erlenmeyer. Kemudian
menambahkan 1 ml indikator K2CrO4 yang berwarna kuning.
Setelah dicampurkan menjadi tak berwarna.
Lalu melakukan titrasi dengan AgNO3 sampai
terbentuk endapan merah. Volume AgNO3 yang digunakan yaitu sebanyak
9 ml. Hasil titrasinya terbentuk endapan merah. Pada percobaan ini, NaCl
terionisasi menjadi Na+ dan Cl- dan AgNO3 terionisasi
menjadi Ag+ dan NO3-. Saat dicampurkan maka
akan terbentuk endapan AgCl sehingga larutan berubah
menjadi keruh. Kemudia diberi AgNO3 terus-menerus dan bereaksi dengan
K2CrO4, sehingga terbentuk endapan Ag2CrO4
yang berwarna merah. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
NaCl(aq) +
AgNO3(aq) AgCl(s)+
NaNO3(aq)
(Putih)
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s)
(Merah)
Adapun fungsi dari K2CrO4 yaitu untuk
mendeteksi kelebihan ion Ag+.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh normalitas AgNO3
yaitu sebesar 0,1 N
Percobaan kedua yaitu menentukan kadar tiosianat dengan
cara Volhard dilakukan dengan cara memasukkan 10 ml NaCl ke dalam erlenmeyer
dan ditambahkan 5 ml HNO3 2 N yang berwarna
bening. Kemudian ditambahkan AgNO3 sebanyak volume sisa yang
digunakan untuk titrasi percobaan yang pertama yaitu 23 ml. Setelah bercampur
terbentuk endapan putih. Endapan putih ini adalah endapan AgCl yang didapat dari reaksi antara NaCl
dengan AgNO3. Adapun reaksinya yaitu :
NaCl(aq)
+ AgNO3(aq) AgCl(s)+ NaNO3(aq)
(Putih)
Kemudian melakukan penyaringan dengan kertas saring
agar endapan terpisah dari filtratnya dan endapan dibuang. Endapan dipisahkan
agar ketika melakukan titrasi dengan KSCN, endapan (AgCl) tidak bereaksi dengan
SCN– yang menyebabkan terbentuknya ion Cl-. Sehingga
hanya ion Ag+ yang bereaksi dengan SCN-. Reaksinya yaitu
:
Ag+(aq) + SCN-‑ AgSCN(s)
(Putih)
Karena AgNO3 yang ditambahkan lebih banyak sehingga
terdapat kelebihan Ag+ yang bereaksi dengan SCN- membentuk
endapan putih AgSCN.. Lalu filtratnya ditambahkan dengan 1 ml FeCl3
yang berwarna kuning. Setelah
bercampur larutannya tak berwarna. Kemudian filtrat yang telah ditambahkan dengan FeCl3,
dititrasi dengan KSCN. Karena KSCN yang ditambahkan terus menerus maka akan
kelebihan SCN- yang akan bereaksi dengan Fe3+ dari FeCl3.
Reaksinya yaitu :
Fe3+(aq) + SCN-(aq) FeSCN2+(aq)
(Kuning)
Setelah dititrasi terdapat endapan putih dan larutannya berubah menjadi jingga.
Namun seharusnya berdasar literatur warna filtrat seharusnya kuning. Volume
yang digunakan untuk titrasi yaitu 5,5 ml.
Adapun fungsi penambahan FeCl3 yaitu untuk mendeteksi
adanya kelebihan ion SCN-.. Lalu dititrai dengan KSCN yaitu untuk mendeteksi adanya
ion Ag+ yang berlebih. Kemudian berfungsi sebagai pemberi suasana asam. Sedangakan perlakuan
penyaringan berfungsi
agar menghindari terbentuknya ion ,
karena apabila AgCl
bereaksi dengan SCN-
akan menghasilkan ion .
Dari hasil perhitungan, diperoleh kadar tiosianat
sebesar 59,8%.
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi
pada percobaan cara Mohr sebesar 9 ml
2. Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh
normalitas AgNO3 sebesar 0,11 N
3. Volume KSCN yang digunakan untuk titrasi pada
percobaan cara Volhard sebesar 1 ml
4. Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh kadar
tiosianat sebesar 59,8%
5. Endapan merah yang diperoleh dari percobaan cara Mohr
merupakan Ag2CrO4
6. Endapan putih yang dihasilkan setelah titrasi pada
percobaan cara Volhard merupakan AgSCN
7. Filtrat yang dihasilkan pada percobaan berwarna
jingga, seharusnya berdasar literatur berwarna kuning.
PERTANYAAN
1.
Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada
percobaan di atas !
Cara Mohr :
NaCL(cl)+AgNO3(aq).AgCL(s).+NaNO3(aq)
2Ag+(aq)+CrO42-Ag2CrO4(s)
Cara Volhard
NaCL(cl)+AgNO3(aq).AgCL(s).+NaNO3(aq)
Ag+(aq)+SCN-AgSCN(s)
Fe3++SCN-(aq)FeSCN2+(aq)
2 . Jelaskan fungsi dari penambahan
FeCl3 pada titrasi Volhard!
Jawab ; penambahan FeCL3 ini berfungsi untuk mendeteksi adanya kelarutan
SCN-
3.
Pada cara Volhard ,AgCL yang terbentuk ada kemungkinan bereaksi dengan
ion SCN- sebelum ion tersebut bereaksi dengan Fe3+ usaha apa yang perlu
dilakukan agar reaksi tersebut tidak terjadi!
Jawab:
agar reaksi tersebut tidak terjadi maka sebelum dilakukan titrasi maka terlebih
dahulu disaring untuk memisahkan endapan AgCL agar tidak bereaksi dengan Fe3+ .
Thx min
ReplyDeleteTerimakasih telah berkunjung di web zeldaamini.blogspot.com
ReplyDeleteSemoga blog ini dapat terus berinovasi untuk selalu memberikan informasi yang kamu butuhkan:)